Setiap individu lahir dengan kodrat dan keunikannya masing-masing Selaras dengan pemikiran KHD bahwa pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Setiap anak bukanlah tabularasa. Anak bukanlah kertas kosong yang bisa digambar semaunya oleh orang lain/orang dewasa. Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan pendidikan dalam hal ini pendidik adalah menuntun anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan kekuatan konteks diri anak atau perkembangan anak dan sosio kultural atau budaya.
Budi pekerti, watak dan karakter merupakan satu perpaduan antara gerak, pikiran dan kehendak/atau kemauan pada diri anak sehingga menimbulkan tenaga/semangat yang harus dipupuk pada diri anak. Dengan adanya budi pekerti maka murid akan menjadi manusia merdeka/berpribadi yang dapat memerintah atau menguasai dirinya sendiri secara mandiri. Anak murid itu Ibarat seorang petani yang hanya tidak bisa mengubah kodrat anak. Dia tidak bisa mengubah tanaman padi menjadi tanaman jagung seperti yang dia inginkan. Dia hanya bisa menuntun tumbuhnya tanaman, memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman, memberi pupuk dan air, membasmi ulat/hama/jamur yang mengganggu tanaman
Dalam proses menuntun, kita sebagai pendidik haruslah bisa menerapkan sistem among kepada murid. Seperti yang dinyatakan KHD, yaitu Ing ngarso Sung tulodo, ing Madya mangunkarso dan Tut Wri Handayani. Artinya, Di depan, ia menjadi teladan atau contoh yang baik bagi para murid. Di tengah, menjadi pendorong atau pemberi semangat. Dan, di belakang ia mengamati kemajuan para murid. Sehingga sebagai pendidik yang memerdekakan tugas kita adalah menuntun anak didik dengan menerapkan pendidikan yang berpihak pada murid.
Untuk mengembangkan pendidikan disekolah dikenal tiga Prinsip Trikon, yaitu kontinuitas, konvergen, dan konsentris, Kontinuitas merupakan pengembangan yang berkesinambungan, secara terus menerus dengan perencanaan yang baik pula. Konvergen artinya pengembangan yang dilakukan dapat mengambildariberbagai sumber di luar. Konsentris artinya pengembangan yang kita lakukan harus berdasarkan kepribadian kita sendiri. Pengembangan pendidikan harus terjadi secara seimbang dan holistik baik dalam olah cipta, olah rasa, olah karsa, dan olah raga. Jika dilaksanakan dengan seimbang maka akan terjadi kesempurnaan budi pekerti yang membawa anak pada kebijaksanaan.
Menjadi manusia yang merdeka berarti menjadi manusia yang hidupnya lahir dan batin tidak tergantung pada orang lain akan tetapi bersandar pada kekuatannya sendiri.
Salah satu kodrat anak adalah bermain. Karena pikiran, perasaan, kemauan, tenaga (cipta, rasa karsa/karya/pekerti) sudah ada pada diri anak. Pemainan anak dapat menjadi bagian pembelajaran di sekolah. Seperti permainan anak dengan Metode Montesori, Frobel, dan Taman Anak. Permainan tersebut merupakan cara yang dapat kita gunakan dalam pelaksanakan pendidikan yang memerdekaan anak. Sehingga anak bebas mengeksplorasi kemampuannya melalui permainan.
Setiap pendidik dan murid berkolaborasi untuk menginisiasi atau mencipta kedalaman spiritual, intelektual dan sosial untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia. Murid dan pendidik haruslah merdeka belajar untuk berkolaborasi bersama dalam menggali dan mengembangkan potensi siswa dan mengakomodasi karakteristik masing-masing untuk mewujudkan student wellbeing. KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu sesuai dengan kebudayaan bangsa kita.
Pendidikan haruslah fokus menyediakan suasana belajar dan proses belajar yang memungkinkan anak menguatkan dan menumbuhkembangkan motivasi instrinsik anak dimana anak senantiasa merasa kompeten, saling terhubung dan otonom. Dengan penerapan pendidikan yang memerdekakan diharapkan setiap anak akan menjadi profil pelajar pancasila yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.
Dengan penerapan pendidikan yang memerdekakan maka pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru atau pendidik. Muridlah yang menjadi pusat pembalajaran atau dikenal dengan istilah student center. Karena murid seutuhnya akan mengalami kemerdekaan. Artinya tidak ada lagi sifat memaksa, berdampak positif pada anak, mengakomodasi kebutuhan anak sehingga akan membuat anak bahagia.
Sekian.