Tampilkan postingan dengan label Guru Penggerak Angkatan 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Guru Penggerak Angkatan 3. Tampilkan semua postingan

Senin, 28 Maret 2022

AKSI NYATA Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajara

 3.1.a.10 Aksi Nyata Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran



 

Oleh 

POSMAULI DEVITA  SIHOMBING

CGP ANGKATAN 3

UPT SMP NEGERI 2 SEI SUKA

KAB. BATU BARA

 

Komponen 4F dalam Pengambilan Keputusan

1.    Facts (Peristiwa)

 Deskripsi singkat untuk aksi nyata yang sudah dilakukan, meliputi:

·           Latar Belakang

UPT SMP NEGERI 2 SEI SUKA berada di desa Kuala Indah Kecamatan Sei Suka Kabupaten BatuBara. Sekolah kami dekat dengan pantai dan mayoritas orang tua murid bekerja sebagai nelayan, pedagang kecil, ibu rumah tangga. Sebagian besar orang tua murid memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk bermain bahkan sampai malam hari. Begitu juga dengan penggunaan gawai atau hp yang memang hampir menyita waktu mereka. Padahal jika ditinjau dari aspek ekonomi, sebagian besar keluarga berada pada taraf eknomi menengah ke bawah. 

Pendidikan bukan suatu hal yang penting bagi sebagian besar orangtua. Ketika anak-anak mereka sudah mau pergi ke sekolah, mereka menganggap kebutuhan belajar dari murid sudah terpenuhi. Hanya sebagian kecil dari orang tua yang bena-benar mau mendampingi anak mereka belajar di rumah. Mereka tidak tahu sudah sejauh mana pencapaian murid di sekolah dan apa sebenarnya kebutuhan dasar anak - anak mereka. Seperti yang terjadi pada Tasya Sinaga murid kelas VIII-2 dan Jhuan Felix juga murid kelas VIII-2. Mereka berasal dari keluarga yang lengkap orangtuanya. Mereka berdua adalah murid yang sangat baik, patuh, tidak pernah membuat masalah dan tidak pernah mengganggu temannya. Selama masa pandemi di Tahun Pelajaran 2021/2022 ini, sekolah kami melaksanakan PTM terbatas yang membagi murid menjadi 2 kelompok belajar yaitu Shift 1 dan Shift 2. Kelas Shift 1 dan Shift 2 mendapat jadwal belajar tiga kali seminggu secara bergantian. Walaupun kehadiran kedua  anak ini ke sekolah selama PTM terbatas tidak selalu penuh. Akan tetapi setiap hadir ke sekolah mereka selalu berusaha menyelesaikan dan mengumpulkan semua tugas yang saya berikan. Walaupun tidak hadir ke sekolah dan mendengarkan penjelasan saya terkait materi mata pelajaran tersebut. Masalah terjadi saat pembelajaran di kelaas saya meminta mereka pada saat yang berbeda untuk membaca materi di buku paket, tidak terdengar suara darinya. Sambil terus menatap buku tersebut, dia terus berusaha untuk membacanya. Saya heran dengan sikapnya namun teman-temannya sudah lama mengetahuinya dan menyatakan bahwa mereka belum bisa membaca dengan baik. Karena merasa tidak yakin maka saya memanggil mereka ke depan kelas dan dengan sedih, malu dan sedikit ketakutan mereka menjelaskan bahwa ternyata mereka tidak lancar membaca. Saya semakin heran bagaimana selama ini mereka mampu menjawab dan menyelesaikan semua tugas- tugas yang saya berikan dengan jawaban yang hampir semua benar. Ternyata selama ini mereka mengerjakan tugas dengan cara menulis ulang penyelesaian PR dari teman-temannya. Beragam komentar datang dari teman-temannya yang memang sudah mengetahui kondisi mereka. Salah seorang temannya menertawainya, sementara yang lain mengejeknya dan ada juga yang menganggap sudah biasa. Saya berusaha menenangkan dan menguatkannya untuk semakin semangat berlatih membaca serta mengingatkan teman- temannya untuk berhenti mengejeknya dan mendukung semangatnya untuk terus belajar.


Pada jam istirahat saya mendiskusikan masalah ini dengan wali kelasnya. Ternyata wali kelasnya sudah mengetahui masalah ini dan murid tersebut juga tahun lalu hampir tidak naik ke kelas VIII karena ini. Akan tetapi, karena tahun lalu adalah masa pandemi di mana pembelajaran tatap muka belum mampu berjalan secara stabil, efektif dan efisien karena hanya melalui PJJ di mana murid diberikan tugas secara daring lewat grup wa, dan orangtua mengantarkan tugas-tugas yang telah diselesaikan kepada wali kelas atau guru bidang studi masing-masing, membuat Aina tetap naik kelas karena berhasl menyelesaikan semua tugas-tugas harian dan penilaian tengah dan akhir semester.

Jika dilihat dari penilaian tugas, semua tugas-tugas yang dikerjakan oleh mereka dikerjakan dengan baik, tepat waktu dan hampir benar semua. Akan tetapi, jika dilihat dari hasil penilaian harian dan penilaian tengah semester, mereka memperoleh nilai di bawah KKM dikarenakan dia tidak bisa membaca sehingga lembar jawaaban hanya berisikan soal - soal ujian saja. 

 

  • Alasan Melakukan Aksi Nyata

Saya melihat kalau mereka adalah anak yang memiliki semangat sekolah dan belajar yang tinggi. Itulah sebabnya sekalipun dia tidak hadir ke sekolah, tetapi dia tetap akan menanyakan tugas dari teman-temannya dan berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut tepat waktu dengan jawaban yang benar. Memandang hal ini saya ingin mengambil keputusan yang berpihak pada Tasya dan Jhuan dengan mengutamakan kebutuhan belajarnya yaitu tetap memberikan mereka nilai sesuai dengan KKM dengan catatan perjanjian bahwa mereka harus sudah bisa lancar membaca selama sebulan ini. Perjanjian ini tentunya diketahui dan disetujui oleh ibunya sebagai pendamping belajar utamanya di rumah. Hal ini saya putuskan berdasarkan paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan(justice vs mercy), melihat kasus ini memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua murid di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain yaitu dengan memperhatikan mereka yang selalu berusaha tepat waktu mengerjakan dan mengumpulkan tugas dan mendapat nilai yang bagus untuk tugas yang sudah dikerjakanya. Saya juga mempertimbangkan paradigma jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term), dalam hal ini jika mereka diberikan nilai sesuai KKM atau bahkan di bawah KKM maka akan membuat mereka sedih, down, tidak semangat lagi belajar atau mengerjakan tugas  - tugasnya. Selain itu prinsip yang mendasari pilihan pengambilan keputusan yang diambil adalah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) dengan mengandaikan bagaimana jika saya yang ada di posisi mereka yang sekalipun tidak bisa membaca dengan lancar, tapi sudah berusaha dengan keras untuk menjawab dan menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh guru tetapi sekalipun jawabanya benar malah diberikan nilai rendah, serta Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) yaitu bagaimana jika mereka saya berikan nilai rendah sesuai dengan hasil yang benar - benar dia kerjakan, kemungkinan akan menurunkan semangat berlajarnya dan malah akan jadi bahan ejekan teman - temanya atau mungkin dia tidak ingin lagi untuk bersekolah dan belajar.

 

  • Hasil Aksi Nyata

Setelah mengambil keputusan atas dilema etika yang saya hadapi, saya menemui Tasya dan Jhuan secara pribadi. Saya hadir untuk berdiskusi dengannya tentang segala kendala yang mereka hadapi terutama penyebab ketidaklancarannya membaca. Kemudian saya memanggil orangtuanya ke sekolah untuk menceritakan kondisi mereka. Orangtuanya berjanji akan menolong mereka dan meminta anggota keluarganya untuk mengajari mereka membaca sampai lancar selama satu bulan ini. Orangtuanya berharap saya tetap memperhatikan kondisi mereka dan mendukungnya dalam kegiatan pembelajaran. Saya juga berjanji akan mendukung mereka dan mengajarkanya membaca tiap kali dia ada waktu. Saya menyadari jika saja keputusan yang saya ambil hanya berdasarkan hasil capaian mereka yang sebenarnya, mungkin saja mereka akan sangat bersedih atau bahkan putus sekolah. Itulah pentingnya pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak kepada murid.

 

p


2. Feelings (Perasaan)

Sejak dari awal terjadinya masalah ini, sampai kepada tahapan pengambilan keputusan dan pelaksanaan aksi nyata, perasaan saya bercampur aduk. Ada rasa kasihan, kesedihan, kekecewaan melihat kondisi Tasya dan Jhuan yang sudah kelas VIII yang tidak bisa lancar membaca. Saya juga sempat bingung untuk memberikan penjelasan yang tepat kepada teman-temannya yang tidak setuju jika Tasya dan Jhuan diberikan nilai bagus padahal mereka tidak lancar membaca. Ada pro dan kontra yang terjadi baik dari sesama teman sekelasnya, wali kelas juga beberapa rekan guru yang saya ajak berdiskusi tentang masalah ini. 

Saya bersyukur bahwa dalam pengambilan keputusan, saya tidak mengutamakan perasaan, emosional, keberpihakan semata atau kebenaran diri saya sendiri. Saya juga bersyukur bisa menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dalam situasi ini, sehingga sekalipun mungkin masih ada yang konntra dengan keputusan yang sudah saya ambil, saya tidak akan menyesalinya karena keputusan tersebut saya ambil dengan rasa tanggung jawab, berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal dan memang mengutamakan keberpihakan kepada kepentingan murid dalam hal ini adalah Tasya dan Jhuan



3. Findings (Pembelajaran) 

       Pembelajaran yang dapat saya ambil dari aksi nyata kali ini adalah :

  • Saya belajar mengidentifikasi dan memahami prinsip-prinsip etika yang berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati pada situasi masalah yang terjadi pada kasus ini
  • Saya belajar mengidentifikasi dilema etika berdasarkan 4 paradigma dan 3 berpikir pada kasus ini
  • Sangat penting untuk sungguh-sungguh melihat situasi berdasarkan 4 paradigma dan 3 berpikir serta menerapkan 9 langkah pengujian dan pnegambilan keputusan dengan tepat dan benar
  • Saya belajar untuk bisa bersikap reflektif, kritis, kreatif dan terbuka dalam menganalisis dilema yang terjadi pada kasus ini
  • Selama melaksanakan aksi nyata ini saya juga belajar untuk mendengarkan pendapat atau masukan dari banyak pihak, belajar bersabar, bagaimana mengcoaching orang tua dan juga  menerima setiap respon, umpan balik atau tanggapan yang pro dan kontra atas keputusan yang sudah saya putuskan. Saya tahu bahwa saya tidak akan mampu untuk menyenangkan semua orang. Tapi saya percaya ketika saya sudah mengambil keputusan yang berdasarkan nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak pada murid, itu adalah keputusan yang terbaik. Karena pada dasarnya tidak ada jawaban benar atau salah pada suatu kasus dilema etika. 
4. Future (Penerapan)

Adapun penerapan yang akan saya lakukan ke depannya adalah

  • Berupaya untuk semakin menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan sesama rekan guru terutama wali kelas, di kelas yang saya masuki. Saya juga akan terus memperkuat komunikasi dengan orang tua murid, secara khusus murid-murid yang mengalami kendala atau permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal ini sangat penting untuk mengetahui sejauh mana pendampingan yang dilakukan orang tua kepada murid di rumah sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran murid
  • Sebagai guru saya adalah seorang pemimpin pembelajaran ynag akan terus berusaha untuk dapat mengambil keputusan dengan kesadaran penuh (mindfulness), berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak pada murid
  • Saya juga akan memupuk keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan yang sudah saya ambil, karena sesungguhnya tidak ada suatu keputusan yang akan mampu menyenangkan dan mengakomodasi kepentingan semua pihak.

Sekian dan terima kasih. 








Minggu, 27 Maret 2022

JURNAL REFLEKSI MINGGU 24

 


Salam dan Bahagia.

Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan jurnal refleksi mingguan saya sebagai calon guru penggerak angkatan 3 tepatnya tanggal 21 s/d 24 Maret 2022 pada minggu ke 24.

 

Kali ini refleksi mingguan yang saya buat menggunakan model Gaya Round Robin. Berikut panduan pertanyaan untuk membuat refleksi model ini:
Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya?

1.    Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?

2.    Apa hal yang masih membingungkan Anda dari pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan.

 

Adapun Kegiatan pendidikan guru penggerak pada minggu ini antara lain:

1.      Senin/21 Maret 2022 RUANG KOLABORASI. Pada kegiatan ini CGP bekerja dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok sebelumnya sekitar 10 menit berupa gambaran umum dari sebuah program/kegiatan di sekolah yang mempromosikan suara, pilihan, dan kepemilikan murid. Dan kelompok lain memberikan umpan balik seperti 1)apa  yang menarik dari hasil presentasi yang disajikan? 2)Apakah program yang disampaikan dapat diimplementasikan? 3)Berikan ide/saran yang dapat membantu pelaksanaan program tersebut?

2.      Selasa/22 Maret 2022 REFLEKSI TERBIMBING. Dalam kegiatan ini CGP melakukan refleksi dan metakognisi terhadap proses pembelajaran yang telah dilewati, dan apa yang harus dipertimbangkan dalam menyusun program/kegiatan yang berdampak  pada murid 

3.      Rabu sampai jumat, 23 - 25 Maret 2022 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL tentang Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid

 

HAL YANG DIKUASAI

Setelah mengikuti pembelajaran pada minggu ini modul 3.3 tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid, maka sekarang saya semakin paham tentang bagaimana merancang program yang berdampak pada murid. Melibatkan suara, pilihan dan kepemilikan murid menjadi hal yang sangat penting untuk diterapkan sehingga setiap program tidak lagi berpusat ataupun seturut dengan keinginan/kemauan hati guru/kepala sekolah. Suara murid artinya memberikan kesempatan bagi murid untuk berkolaborasi dan membuat keputusan dengan orang dewasa seputar apa dan bagaimana mereka belajar dan bagaimana pembelajaran mereka dinilai. Memberikan pilihan pada murid dapat memberdayakan murid, mendorong keterlibatan dalam pembelajaran dan mengenalkan pada minat pribadi dalam pengalaman belajar mereka. Kepemilikan Murid artinya saat murid terhubung baik secara fisik, kognitif, sosial emosional dengan apa yang sedang dipelajari, terlibat aktif dan menunjukkan minat dalam proses belajarnya, maka dapat dikatakan bahwa tingkat rasa kepemilikan mereka terhadap proses belajar tinggi.

 

HAL YANG BELUM DIKUASAI

Pada minggu ini hal yang belum bisa saya kuasai dengan baik adalah tentang penggunaan waktu yang ada. Mengingat jam pelajaran dan rombel yang banya, saya sering kewalahan dan kesulitan bagaimana bisa menggunakan waktu sebaik-baiknya di dalam kelas. Saya selalu mencoba menerapkan pembelajaran yang berdampak pada murid di dalam kelas, Pada kelas tertentu yang mana muridnya kurang aktif terlihat saya yang masih mendominasi atau banyak menjelaskan dalam kelas. Sehingga membuat mereka lebih banyak mendengarkan.

 

HAL YANG MEMBINGUNGKAN

Pada minggu ini hal yang masih membingungkan bagi saya adalah tentang bagaimana cara saya memberikan sosialisasi kepada rekan guru tentang program apa yang akan dibuat apakah program intrakurikuler, ekstrakurikuler, atau ko-kurikuler. Karena sebenarnya sudah ada program-program sekolah yang sebelumnya sudah ada dan sudah/sedang terlaksana di sekolah kami.

 

Demikian jurnal refleksi mingguan yang saya buat. Semoga saya selalu mendapatkan pembelajaran yang bisa membawa perubahan bagi saya ke arah yang lebih baik lagi.

Terima kasih.

 

 

Posmauli Devita Sihombing

CGP Angkatan 3

Kab.batubara Sumatera Utara

Selasa, 08 Maret 2022

JURNAL REFLEKSI MINGGU 21

 


OLEH:

POSMAULI DEVITA SIHOMBING, S.Pd

CGP ANGKATAN 3

KABUPATEN BATUBARA

SUMATERA UTARA

REFLEKSI DENGAN MODEL 4F(Facts, Feelings, Findings, Future)

 
Model refleksi 4F dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, dengan pertanyaan sebagai berikut:
1. Facts (Peristiwa): Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini
atau pada saat menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Apa hal baik yang saya alami dalam
proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses
pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala
tersebut?

2. Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa
yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang
membuat Anda memiliki perasaan tersebut.
3. Findings (Pembelajaran): Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru
yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
4. Future (Penerapan): Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal
serupa di masa depan? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari
peristiwa ini?

 

REFLEKSI MODEL 4F

Minggu ini adalah minggu yang menyenangkan bagi saya, kenapa menyenangkan? Setelah pada minggu-minggu sebelumnya aktivitas saya begitu padat mulai dari hari senin sampai sabtu. Kegiatan itu saya jalankan secara rutin setiap hari dan pastinya kondisi hati dan emosi saya naik turun dalam menjalaninya walaupun saya berusaha enjoy dan sukacita.

Namun pada minggu ini beban dipundak sedikit ringan ketika ada dua hari dalam seminggu ini libur dan benar-benar saya meliburkan diri dari semua aktivitas rutin saya. Itu yang membuat saya sangat senang. Pastinya ini adalah Quality Time bagi saya dan keluarga. Menikmati liburan dengan orang seisi rumah yang lengkap adalah hal yang sangat kurindukan. Bahagia sekali tentunya.

Minggu ini adalah kegiatan kolaborasi bersama rekan CGP yang hebat, dan kelompok saya kebetulan adalah rekan CFP dari Tapanuli dan Batubara. Dalam ruang virtual kami berdikusi tentang berbagai aset sumber daya di daerah kami masing-masing. Lalu mengidentifikasikannya untuk sekolah kami serta mendiskusikan strategi pemanfaatannya secara efektif. 

Ini foto kami saat berkolaborasi secara virtual.



Dari pembelajaran pada modul 3.2 ini saya sangat bersyukur bisa belajar banyak hal tentang aset yang ada di daerah saya. Bahkan ada jenis 7 aset yang baru saya pelajari dan pahami. Aset yang menarik bagi saya salah satunya adalah peserta didik. Saya menyadari selama ini saya sering sekali hanya melihat siswa dari sisi baik buruknya, kenakalannya, kemalasannya, dll. Sehingga sering kali saya memarahi mereka, menghukum mereka atas kesalahnnya, menilai mereka dengan kejelekan dan keburukan mereka bahkan sering bersikap tidak adil, baik hanya pada siswa yang rajin dan pintar.

Lewat pembelajaran ini saya merasa tertegur, bahwa peserta didik adalah salah satu aset terbesar di sekolah. Saya menyadari bahwa cara pandang saya harus berubah terhadap anak. Mereka adalah aset dan kekuatan yang sangat berharga, yang harus dipupuk dan digali serta dikembangkan potensinya. Karena mereka adalah generasi penerus bangsa dengan segudang kekuatan yang pasti dimilikinya. Ya, mendidik mereka dengan ikhlas dan penuh kasih sayang, saya yakin akan membuat mereka merasa dihargai dan dicintai sehingga akan bermunculanlah kekuatan dari diri mereka lewat talenta-talenta dan kemampuan yang dimiliki mereka.

Semoga kedepannya saya bisa menjadi pendidik yang mampu memimpin dalam pengelolaan sumber daya di sekolah saya.

Salam dan bahagia.

Koneksi Antar Materi – Pendidikan yang Memerdekakan

  by POSMAULI DEVITA SIHOMBING    Setiap individu lahir dengan kodrat dan keunikannya masing-masing Selaras dengan pemikiran KHD bahwa...