3.1.a.10 Aksi Nyata Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran
Oleh
POSMAULI DEVITA
SIHOMBING
CGP ANGKATAN 3
UPT SMP NEGERI 2 SEI SUKA
KAB. BATU BARA
Komponen 4F dalam Pengambilan
Keputusan
1. Facts (Peristiwa)
Deskripsi singkat untuk aksi nyata
yang sudah dilakukan, meliputi:
·
Latar Belakang
UPT SMP NEGERI 2 SEI SUKA berada di desa Kuala Indah
Kecamatan Sei Suka Kabupaten BatuBara. Sekolah kami dekat dengan pantai dan mayoritas
orang tua murid bekerja sebagai nelayan, pedagang kecil, ibu rumah tangga. Sebagian besar orang tua murid memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk
bermain bahkan sampai malam hari. Begitu juga dengan penggunaan gawai atau hp yang
memang hampir menyita waktu mereka. Padahal jika ditinjau dari aspek ekonomi, sebagian besar keluarga berada pada taraf eknomi menengah ke bawah.
Pendidikan
bukan suatu hal yang penting bagi sebagian besar orangtua. Ketika anak-anak
mereka sudah mau pergi ke sekolah, mereka menganggap kebutuhan belajar dari
murid sudah terpenuhi. Hanya sebagian kecil dari orang tua yang bena-benar mau
mendampingi anak mereka belajar di rumah. Mereka tidak tahu sudah sejauh mana
pencapaian murid di sekolah dan apa sebenarnya kebutuhan dasar anak - anak
mereka. Seperti yang terjadi pada Tasya Sinaga murid kelas VIII-2 dan Jhuan Felix juga murid kelas VIII-2. Mereka berasal dari keluarga yang lengkap orangtuanya. Mereka berdua adalah
murid yang sangat baik, patuh, tidak pernah membuat masalah dan tidak pernah
mengganggu temannya. Selama masa pandemi di Tahun Pelajaran 2021/2022 ini,
sekolah kami melaksanakan PTM terbatas yang membagi murid menjadi 2 kelompok
belajar yaitu Shift 1 dan Shift 2. Kelas Shift 1 dan Shift 2 mendapat jadwal
belajar tiga kali seminggu secara bergantian. Walaupun kehadiran kedua anak ini ke sekolah selama PTM terbatas tidak
selalu penuh. Akan tetapi setiap hadir ke sekolah mereka selalu berusaha
menyelesaikan dan mengumpulkan semua tugas yang saya berikan. Walaupun tidak hadir ke sekolah dan mendengarkan penjelasan saya terkait
materi mata pelajaran tersebut. Masalah terjadi saat pembelajaran di
kelaas saya meminta mereka pada saat yang berbeda untuk membaca materi di buku
paket, tidak terdengar suara darinya. Sambil terus menatap buku tersebut, dia
terus berusaha untuk membacanya. Saya heran dengan sikapnya namun
teman-temannya sudah lama mengetahuinya dan menyatakan bahwa mereka belum bisa
membaca dengan baik. Karena merasa tidak yakin maka saya memanggil mereka ke
depan kelas dan dengan sedih, malu dan sedikit ketakutan mereka menjelaskan
bahwa ternyata mereka tidak lancar membaca. Saya semakin heran bagaimana selama
ini mereka mampu menjawab dan menyelesaikan semua tugas- tugas yang saya
berikan dengan jawaban yang hampir semua benar. Ternyata selama ini mereka
mengerjakan tugas dengan cara menulis ulang penyelesaian PR dari teman-temannya.
Beragam komentar datang dari teman-temannya yang memang sudah mengetahui
kondisi mereka. Salah seorang temannya menertawainya, sementara yang lain
mengejeknya dan ada juga yang menganggap sudah biasa. Saya berusaha
menenangkan dan menguatkannya untuk semakin semangat berlatih membaca serta
mengingatkan teman- temannya untuk berhenti mengejeknya dan mendukung
semangatnya untuk terus belajar.
Pada
jam istirahat saya mendiskusikan masalah ini dengan wali kelasnya. Ternyata
wali kelasnya sudah mengetahui masalah ini dan murid tersebut juga tahun lalu
hampir tidak naik ke kelas VIII karena ini. Akan tetapi, karena tahun lalu adalah
masa pandemi di mana pembelajaran tatap muka belum mampu berjalan secara
stabil, efektif dan efisien karena hanya melalui PJJ di mana murid diberikan
tugas secara daring lewat grup wa, dan orangtua mengantarkan tugas-tugas yang
telah diselesaikan kepada wali kelas atau guru bidang studi masing-masing,
membuat Aina tetap naik kelas karena berhasl menyelesaikan semua tugas-tugas
harian dan penilaian tengah dan akhir semester.
Jika
dilihat dari penilaian tugas, semua tugas-tugas yang dikerjakan oleh mereka dikerjakan
dengan baik, tepat waktu dan hampir benar semua. Akan tetapi, jika dilihat dari
hasil penilaian harian dan penilaian tengah semester, mereka memperoleh nilai
di bawah KKM dikarenakan dia tidak bisa membaca sehingga lembar jawaaban hanya
berisikan soal - soal ujian saja.
- Alasan Melakukan Aksi Nyata
Saya
melihat kalau mereka adalah anak yang memiliki semangat sekolah dan belajar
yang tinggi. Itulah sebabnya sekalipun dia tidak hadir ke sekolah, tetapi dia
tetap akan menanyakan tugas dari teman-temannya dan berusaha untuk
menyelesaikan tugas-tugas tersebut tepat waktu dengan jawaban yang benar.
Memandang hal ini saya ingin mengambil keputusan yang berpihak pada Tasya dan
Jhuan dengan mengutamakan kebutuhan belajarnya yaitu tetap memberikan mereka
nilai sesuai dengan KKM dengan catatan perjanjian bahwa mereka harus sudah bisa
lancar membaca selama sebulan ini. Perjanjian ini tentunya diketahui dan
disetujui oleh ibunya sebagai pendamping belajar utamanya di rumah. Hal ini
saya putuskan berdasarkan paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan(justice vs mercy),
melihat kasus ini memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi
semua murid di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan
kasih sayang, di sisi lain yaitu dengan memperhatikan mereka yang selalu
berusaha tepat waktu mengerjakan dan mengumpulkan tugas dan mendapat nilai yang
bagus untuk tugas yang sudah dikerjakanya. Saya juga mempertimbangkan paradigma
jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), dalam
hal ini jika mereka diberikan nilai sesuai KKM atau bahkan di bawah KKM maka
akan membuat mereka sedih, down, tidak semangat lagi belajar atau mengerjakan
tugas - tugasnya. Selain itu prinsip yang mendasari pilihan pengambilan
keputusan yang diambil adalah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking) dengan mengandaikan bagaimana jika saya yang ada di posisi mereka
yang sekalipun tidak bisa membaca dengan lancar, tapi sudah berusaha dengan
keras untuk menjawab dan menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh guru
tetapi sekalipun jawabanya benar malah diberikan nilai rendah, serta Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) yaitu bagaimana jika mereka saya
berikan nilai rendah sesuai dengan hasil yang benar - benar dia kerjakan,
kemungkinan akan menurunkan semangat berlajarnya dan malah akan jadi bahan
ejekan teman - temanya atau mungkin dia tidak ingin lagi untuk bersekolah dan
belajar.
Setelah
mengambil keputusan atas dilema etika yang saya hadapi, saya menemui Tasya dan
Jhuan secara pribadi. Saya hadir untuk berdiskusi dengannya tentang segala
kendala yang mereka hadapi terutama penyebab ketidaklancarannya membaca. Kemudian
saya memanggil orangtuanya ke sekolah untuk menceritakan kondisi mereka. Orangtuanya
berjanji akan menolong mereka dan meminta anggota keluarganya untuk mengajari mereka
membaca sampai lancar selama satu bulan ini. Orangtuanya berharap saya tetap
memperhatikan kondisi mereka dan mendukungnya dalam kegiatan pembelajaran. Saya
juga berjanji akan mendukung mereka dan mengajarkanya membaca tiap kali dia ada
waktu. Saya menyadari jika saja keputusan yang saya ambil hanya berdasarkan
hasil capaian mereka yang sebenarnya, mungkin saja mereka akan sangat bersedih
atau bahkan putus sekolah. Itulah pentingnya pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab dan berpihak kepada murid.
p
2.
Feelings (Perasaan)
Sejak
dari awal terjadinya masalah ini, sampai kepada tahapan pengambilan keputusan
dan pelaksanaan aksi nyata, perasaan saya bercampur aduk. Ada rasa kasihan,
kesedihan, kekecewaan melihat kondisi Tasya dan Jhuan yang sudah kelas VIII yang tidak bisa lancar membaca. Saya juga
sempat bingung untuk memberikan penjelasan yang tepat kepada teman-temannya
yang tidak setuju jika Tasya dan Jhuan diberikan nilai bagus padahal mereka tidak lancar
membaca. Ada pro dan kontra yang terjadi baik dari sesama teman
sekelasnya, wali kelas juga beberapa rekan guru yang saya ajak berdiskusi
tentang masalah ini.
Saya
bersyukur bahwa dalam pengambilan keputusan, saya tidak mengutamakan perasaan,
emosional, keberpihakan semata atau kebenaran diri saya sendiri. Saya juga
bersyukur bisa menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dalam
situasi ini, sehingga sekalipun mungkin masih ada yang konntra dengan keputusan
yang sudah saya ambil, saya tidak akan menyesalinya karena keputusan tersebut
saya ambil dengan rasa tanggung jawab, berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan
universal dan memang mengutamakan keberpihakan kepada kepentingan murid dalam
hal ini adalah Tasya dan Jhuan
3.
Findings (Pembelajaran)
Pembelajaran yang dapat saya ambil dari aksi nyata kali ini adalah :
- Saya belajar mengidentifikasi
dan memahami prinsip-prinsip etika yang berdasarkan pada nilai-nilai
kebajikan universal yang disepakati pada situasi masalah yang terjadi pada
kasus ini
- Saya belajar mengidentifikasi
dilema etika berdasarkan 4 paradigma dan 3 berpikir pada kasus ini
- Sangat penting untuk sungguh-sungguh melihat situasi berdasarkan 4 paradigma dan 3 berpikir serta
menerapkan 9 langkah pengujian dan pnegambilan keputusan dengan tepat dan
benar
- Saya belajar untuk bisa
bersikap reflektif, kritis, kreatif dan terbuka dalam menganalisis dilema
yang terjadi pada kasus ini
- Selama melaksanakan aksi nyata
ini saya juga belajar untuk mendengarkan pendapat atau masukan dari banyak
pihak, belajar bersabar, bagaimana mengcoaching orang tua dan juga menerima setiap respon, umpan balik atau tanggapan yang pro dan
kontra atas keputusan yang sudah saya putuskan. Saya tahu bahwa saya tidak
akan mampu untuk menyenangkan semua orang. Tapi saya percaya ketika saya
sudah mengambil keputusan yang berdasarkan nilai kebajikan
universal, bertanggung jawab dan berpihak pada murid, itu adalah keputusan
yang terbaik. Karena pada dasarnya tidak ada jawaban benar atau salah pada
suatu kasus dilema etika.
4.
Future (Penerapan)
Adapun penerapan
yang akan saya lakukan ke depannya adalah
- Berupaya untuk semakin menjalin
kerjasama dan kolaborasi dengan sesama rekan guru terutama wali kelas, di
kelas yang saya masuki. Saya juga akan terus memperkuat komunikasi dengan
orang tua murid, secara khusus murid-murid yang mengalami kendala atau
permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal ini sangat
penting untuk mengetahui sejauh mana pendampingan yang dilakukan orang tua
kepada murid di rumah sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan
meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran murid
- Sebagai guru saya adalah
seorang pemimpin pembelajaran ynag akan terus berusaha untuk dapat
mengambil keputusan dengan kesadaran penuh (mindfulness), berdasarkan
nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak pada
murid
- Saya juga akan memupuk
keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dari
keputusan yang sudah saya ambil, karena sesungguhnya tidak ada suatu
keputusan yang akan mampu menyenangkan dan mengakomodasi kepentingan semua
pihak.
Sekian
dan terima kasih.