Resume ke :10
Tanggal : 8 Juni 2022
Moderator : Sigit Purwo Nugroho
Narasumber : Sudomo, S.Pt
Malam ini tidak terasa sudah memasuki pertemuan ke 10 dalam pelatihan belajar menulis PGRI daring via WA grup kelas belajar menulis. Senang sekali rasanya karena sedikit demi sedikit semangat menulis mulai terbangun dalam diri saya.
Topik malam ini adalah tentang Kiat Menulis Verita Fiksi yang akan dimoderatorio leh bapak Sigid Purwo Nugroho seorang guru SMP Negeri di Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Dan tentunya dengan narasumber bapak Sudomo, S.Pt dan beliau bertugas di SMP negeri 3 Lingsar lombok Barat.
Kegiatan dibagi atas 4 sesi yaitu Pembukaan, Paparan Materi, Tanya Jawab dan penutup. Tentunya setiap kegiatan ini diawali dengan doa bersama.
Tidak seperti biasanya, malam ini bapak Sudomo akan membahas tentang cerita fiksi. Namun alur belajarnya agak berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Beliau mengadopsi alur belajar dari Pendidikan Guru Penggerak. Keren sekali ya pak.
1. Mulai dari Diri. Pada alur ini peserta diminta menuliskan pengalaman belajar menulis cerita fiksi. Jika memang belum pernah, silakan ditulis saja. Peserta bisa menuliskan kendala yang dialami. Bisa juga keseruan belajar menulis fiksi. Ini ditulis dalam beberapa kalimat saja kemudian kirim ke moderator.
2. Eksplorasi Konsep. Peserta mencermati lagi video pembelajaran Menulis Fiksi itu Mudah di https://youtu.be/dXX9RWxT_u8
3. Ruang Kolaborasi. Pada bagian ini, peserta akan mencoba berkolaborasi menulis cerita fiksi. Beliau membagikan beberapa kalimat pembuka, peserta melanjutkannya.
Peserta diminta melanjutkan cerita berikut ini:- Alasan harus menulis cerita fiksi selain saat ini ada AKM dengan materi teks literasi fiksi, juga dengan belajar menulis cerita fiksi kita bisa menyembunyikan dan menyembuhkan luka.
- Bentuk cerita fiksi di antaranya, yaitu fiksimini, flash fiction, pentigraf, cerpen, dan novel.
- Unsur pembangun cerita fiksi meliputi tema, premis, penokohan, latar/setting, sudut pandang, dan alur/plot.
- Kiat menulis fiksi yang utama adalah *niat* dan komitmen yang kuat untuk belajar, *baca* karya fiksi karya orang lain untuk menemukan berbagai gaya penulisan, ide cerita, dan teknik penulisan. Selanjutnya adalah *ide dan genre* cerita carilah yang disukai dan dikuasai. Berikutnya adalah membuat *outline* atau kerangka karangan agar cerita tidak melebar. Setelah itu adalah mulai *menulis*, melakukan *swasunting* setelah selesai menulis dan memublikasikannya.
- Poin penting dalam pemilihan genre adalah disukai dan dikuasai. Selanjutnya menyesuaikan dengan tren atau pasar saat ini. Berikutnya adalah menyesuaikan dengan syarat dari penerbit; Pertama tema yang _up to date_; kedua nama penulisnya; ketiga sesuai selera pasar; keempat ditulis dengan baik. Kuncinya adalah terus belajar. Caranya, menulislah!
- Syarat menulis cerpen di antaranya, yaitu mengandung unsur yang baik. Misalnya, alur/plot yang jelas. Dalam artian ada awal, tengah, dan akhir yang menarik. Membuka cerita dengan menarik, kemudian mengembangkan konflik dengan baik, dan menutup cerita dengan baik.
- Cara efektif menemukan tema sebuah cerita adalah membacanya secara cermat. Tentukan garis besar cerita dengan menandai kejadian-kejadian penting dalam cerita. Termasuk di dalamnya adalah memahami karakter tokoh dalam cerita. Konsep cerita harus jelas. Karena tanpa konsep cerita yang jelas tema tidak akan berarti apa-apa. Oleh karena itu bagi calon penulis fiksi terlebih dahulu memahami konsep cerita yang akan ditulisnya. Tema rasanya lebih mudah untuk dipelajari karena bisa berasal dari diri kita sendiri atau sekitar kita.
- Fungsi outline memang membatasi apa yang kita tulis. Namun, bukan berarti tidak boleh ada perubahan di tengah jalan. Bebas. Silakan. Hanya saja dengan outline yang sudah fiks sejak awal proses penulisan ada jaminan tulisan akan bisa diselesaikan. Berdasarkan pengalaman menulis tanpa membuat outline, karena keasyikan menulis akhirnya semua ingin ditulis di tengah proses menulis. Dampaknya justru tulisan semakin ke sana kemari dan akhirnya tidak selesai.
- Setiap penulis memiliki gaya penulisan yang berbeda. Tema sama akan menjadi tulisan berbeda dari yang lainnya. Dalam hal ini fiksi tidak terbatas. Teori IPA bisa saja menjadi dasar penulisan. Tugasnya penulis fiksi adalah menjadikan hal tersebut menjadi pemicu bagi pembaca untuk mencari tahu lebih lanjut tentang kebenaran yang sesungguhnya. Itu hakikat cerita fiksi yang sesungguhnya.
- Untuk bisa menghidupkan cerpen atau cerber kuncinya adalah membuat karakter tokoh atau unsur-unsur lain yang hidup. Caranya bisa menggunakan teknik _show don't tell_. Selain itu bisa dengan terus mengasah kemampuan menulisnya. Caranya ya teruslah menulis.