Selasa, 08 Juni 2021

Jurus Menulis Dasyat Ala Otak Kanan


Sumber: ruangguru.com

“Penulis otak kanan biasanya lebih imajinatif, impulsif dan kreatif setiap orang akan penasaran karena pemikirannya susah untuk ditebak”.


Masih seputar menulis, kali ini materi pada kegiatan MBPN berhubungan erat dengan otak, otot dan hati. Jurus menulis dasyat ala otak kanan adalah pembahasan kita bersama narasumber kita bapak Firdaus AL Muqaddas, MH, seorang dosen, editor, penulis dan reviewer pada beberapa jurnal nasional.

Menulis merupakan anugerah dari Sang Pencipta serta sebagai perantara adanya saling memahami di antara manusia sebagai kemampuan memberikan ungkapan melalui lisan. Menulis sebagai alat penyambung ilmu pengetahuan antar sesama manusia sehingga pengetahuan tetap terjaga dari masa ke masa. Karena jika tidak ada budaya tulis menulis bisa jadi pengetahuan itu akan hilang dari bumi ini.

Ada beberapa jenis tulisan yang kita kenal, yaitu pertama fiksi jenis naskah yang ditulis berdasarkan imajinasi atau pun khayalan pengarang. Ini biasanya berhubungan dengan karya sastra seperti novel, puisi, drama dan cerpen. Kedua, non fiksi merupakan jenis naskah yang ditulis berdasarkan data dan fakta ataupun kebutuhan nyata, seperti buku pelajaran, pendidikan, artikel, esai, agama dan referensi. Ketiga, faksi yaitu jenis tulisan yang ditulis berdasarkan data dan fakta namun disajikan dalam bentuk kisah seperti diari, memori, biografi dan kisah-kisah zaman dahulu.

Ada beberapa model dalam mengemas suatu bentuk tulisan sehingga pembaca mudah untuk memahami tulisan tersebut. Seperti naskah yang berisi petunjuk praktik misalnya food combining. Self-help merupakan naskah panduan untuk diri sendiri misalnya tips untuk merawat wajah. Biografi atau autobiografi merupakan naskah berisi riwayat atau sejarah hidup tokoh misalnya hijrah menuju cahaya riwayat KH Jujun Junaedi. Referensi merupakan naskah yang berisi materi pelajaran atau pelatihan misalnya buku pelajaran IPA. True story merupakan naskah yang berisi kisah nyata tentang suatu peristiwa yang menarik misalnya laskar pelangi.

Penggunaan otak kiri dan otak kanan merupakan dua hal yang berbeda. Otak kiri biasanya menggunakan IQ atau Intelligence Quotients atau kecerdasan yang melibatkan logika dalam memecahkan masalah. Sedangkan otak kanan menggunakan EQ atau Emotional Quotients artinya kemampuan seseorang untuk mengenal, mengendalikan dan menata emosi serta perasaan. 

Dalam hal menulis, penulis otak kiri dan penulis otak kanan sangat berbeda dalam hal pola pikir dan gaya bahasa. Penulis otak kanan biasanya lebih imajinatif, impulsif dan kreatif. Otak kiri lebih runut dan detail dalam menulis dan lebih sistematis. Otak kanan tidak runut dalam menjelaskan suatu hal dan jika menulis orang yang menggunakan otak kanan akan keluar dari kebiasaan banyak orang karena suka aneh atau nyeleneh dan meledak-ledak. Dia bisa membuat setiap orang akan penasaran karena pemikirannya susah untuk ditebak. Misalnya dalam membuat judul tulisan, dia akan membuat judul yang unik dan membuat pembaca penasaran akan judul tersebut. 

Penulis otak kiri biasanya terencana, bergantung waktu dan suka mencari persamaan. Namun penulis otak kanan tidak terencana, tidak tergantung pada waktu dan tidak suka mencari persamaan. Menggunakan otak kiri atau pun otak kanan dalam menulis bukanlah suatu masalah. Tergantung dari penulis untuk menempatkan pola pikir dan gaya bahasanya dalam menulis. Tulis saja apa yang kita pikirkan dan selesainya baru mengedit. 

Di akhir pemaparan pak Firdaus menyampaikan bahwa di dalam cahaya-Mu aku belajar mencintai, dalam keindahan-Mu aku belajar menulis. Ikatlah ilmu itu dengan menulis, karena menulis suara tak akan pernah ditelan angin. Menjadi penulis, pengarang atau sastrawan bukanlah hal penting namun yang terpenting adalah teruslah menulis berkarya lalu dengan rendah hati terus belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi – Pendidikan yang Memerdekakan

  by POSMAULI DEVITA SIHOMBING    Setiap individu lahir dengan kodrat dan keunikannya masing-masing Selaras dengan pemikiran KHD bahwa...