Resume Ke : 5
gelombang : 19
Tanggal : 21 Juli 2021
Tema : Mengenal penerbit Indie
Narasumber : Mukminin, S.Pd., M.Pd
Dulu pernah ada keinginan saya untuk menulis. Setelah sekian lama banyak halaman buku yang saya tulis yang ingin rasanya saya mendokumentasikannya. Terpikir untuk saya mendokumentasikannya dalam sebuah buku. Tapi ahh....mana mungkin. Menuliskan hanya untuk mereka yang pintar tidak seperti saya. Rasa percaya diriku begitu menggelora. Sehingga akhirnya kusimpan rapat-rapat niat ini dalam hati.
Kali ini dalam kegiatan menulis di kelas Omjay mulai aku tekuni ketika saya sudah sampai di pertemuan ke 5. Tema yang menyentuh hatiku yaitu Menerbitkan buku indie. kelas online ini dipandu oleh bapak Bambang Purwanto biasa dipanggil dengan Mr Bams.
Narasumber kali ini adalah bapak Mukminin atau biasa dipanggil Cak Inin.Beliau adalah seorang Guru, Konsultan umroh, dan penulis buku. Pengalaman menulisnya yaitu telah menerbitkan 2 buku solo dan 12 buku antologi. beliau juga bekerja di penerbit buku Kamila Press lamongan.
menurut Cak imin di zaman milenial ini tidaklah hal yang sulit untuk bisa menulis dan menerbitkan buku. Pelajar, mahasiswa, guru, pegawai, dosen bahkan wiaswasta bisa menulis buku. karena menulis bukanlah menjadi hal yang rumit untuk dikerjakan. Setiap orang bisa menulis apa saja baik itu tulisan fiksi maupun nonfiksi seperti karya ilmiah.
Menulis itu ternyata perlu dilatih. Dibutuhkan ketekunan dan peprjuangan. Tekad, semangat dan motivasiyang tinggi agar menulis bisa tekun untuk dikerjakan. sehingga penulis tidka mudh goyah saat menjalani proses menulis.
Cak Imin menyajikan kata-kata mutiara sebagai penyemangat unutk bisa menjadi motivasi:
"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". - Ali bin Abi Thalib
"Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". - Imam Al Ghazali
Dalam penulisan sampai penerbitan buku ternyata ada tahapan yang harus dilalui supaya tulisan itu bagus dan bermutu. tahapannya sebagai berikut:
1. Prawriting
Prawriting menjadi tahap awal dalam menulis. Ditahap ini penulis harus bisa menemukan ide atau gagasan apa yang akan ditulis (pay attention). Setiap penulis juga harus bisa peka menangkap setiap fenomena di lingkungan sekitar untuk bisa menjadi tulisan.
2. Drafting
Di tahap ini penulis sudah mulai untuk menuliskan naskah yang ingin ditulis tentang apa saja. disini penulis bebas untuk berkreatif dalam merangkai kata-kata supaya tulisan itu enak dibaca.
3. Revisi
Revisi naskah ini dilakukan setelah naskah sudah selesai kita tuliskan. merevisi isi tulisan dilakukan untuk menambah dan mengurangi isi tulisan demi perbaikan tulisan kita supaya menjadi lebih baik.
4. Editing atau Swasunting
Pada tahapan ini penulis melakukan pengeditan tentang tanda baca, penulisan pada kalimat. dalam hal ini penulis memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Publikasi
kalu dianggap tulisan kita sudah seelsai diedit maka naskah buku bisa kita lanjutkan ke tahap publikasi untuk penerbitan buku. Untuk penerbitan buku dari penerbit Indie kita bisa memilih. seperti penerbit Oase, Gemala, YPTD, Kamila Press Lamongan.
Saya baru mengetahui bahwa penerbit buku ada dua macam yaitu penerbit Mayor dan penerbit Indie.
Apa perbedaannya??
Pada Penerbit Mayor:
- Jumlah cetakan di penerbit mayor dilakukan secara massal. biaya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku
- Pemilihan naskah yang diterbitkan melewati beberapa tahap prosedur. Naskah yang masuk harus benar-benar diseleksi dengan begitu ketat harus mengikuti selerah pasar dan tingginya tingkat penolakan.
- Profesionalitas apda penerbit mator yang tinggi karena banyak dukungan SDM di perusahaan besar mereka
- waktu Penerbitan pada umumnya naskah yang diterima akan dikonfirmasi dlam tempo 1-3 bulan. jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbut yang bisa cepat bahkan ada yang sampai bertahun-tahun. karena penerbit mayor adalah penerbit yang besar, maka banyak alur kerja yang harus mereka lalui.
- Royalti pada penerbit mayor biasanya sudah ditentukan untuk penulis maksimal 10% dari total penjualan. biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku.
- Biaya penerbitan gratis. itu lah sebabnya penerbit mayor tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja. penerbit mempunyai pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku itu tidak laku dijual maka kerugian ada pada pihak penerbit.
Pada Penerbit Indie:
- jumlah cetakan buku sesuai dengan pesanan atau cetak berkala disebut dengan POD (Print on Demand) yang didistribusikan melalui media online facebook, twitter, instagram, youtobe, wa group dll.
- Tidak ada menolak naskah. selama naskah tersebut layak untuk diterbitkan, tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat dan tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi maka naskah pasti diterbitkan.
- Penerbit Indie juga profesional. mutu dan managemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan.
- waktu penerbitan lebih cepat. dalam hitungan minggu biasanya naskah sudah siap terbit.karena memang penerbit tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut. penerbit menerbitkan buku karena dianggap karya penulis adalah karya terbaik dan layak diterbitkan sehingga penerbit indie tidak mempunyai pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku.
- royalti umumnya 15-20% dari harga buku. dipasarkan dan dijual penulis lewat media online.
- Biaya penerbitan berbayar sesuai dengan aturan masing-masing penerbit. antara penerbit satu dengn ayang kain berbeda. akrena pelayanan dan mutu buku yang diterbitkan tidak lah sama.
Di akhir pemaparannya Cak Imin kembali menekankan dengan memberikan motivasi bahwa
"tidak kata terlambat untuk menulis dan menerbitkan buku. Tulislah segera apa yang anda suka, anda dengar, anda lihat, anda baca, dan anda rasakan unutk berbagi kebaikan." (Cak Inin 2020)
"Tulislah dari jejak langkah kakimu, siapatahu jadi penolongmu" (Cak Inin 2020)
"Kalau kamu ingin panjang umurmu, maka menulislah" (Cak Inin 2020)