Resume ke : 7
Gelombang : 19
Tanggal : 26 Juli 2021
Tema : Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie
Narasumber : Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd
Banyak orang pasti pernah menulis. Menulis bisa tentang apa saja dan kapan saja. Kalau dulu orang menulis dengan menggunakan goresan pena di atas kertas. Namun sekarang orang lebih suka menulis di media sosial seperti whatsapp, twetter, instagram, blog, dll. Banyaknya tulisan kita yang berserakan seringnya diabaikan begitu saja tanpa menghilangkan jejak. Namun sebenarnya kumpulan dari tulisn kita itu bisa kita buat menjadi satu kesatuan dalam sebuah buku.
Lewat pelatihan menulis online malam ini, tema yang disajikan begitu menarik yaitu Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie. Omjay kembali mengingatkan tentang kebermanfaatan kegiatan menulis ini supaya setiap peserta bisa fokus belajar dalam pelatihan ini. Karena siapa yang fokus maka dia yang akan lulus.
Kali ini bpk Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd yang akan memaparkan secara gamblang tentang peenrbitan buku ini. Beliau adalah seorang guru SD, penulis, narasumber, kurator, seorang muda yang mempunyai segudang prestasi lewat karyanya. Beliau biasanya akrab dipanggil dengan Brian. Kegiatan malam ini dipandu oleh ibu Aam sebagai moderator, kegiatan ini pun dimulai pada pukul 18.00.
Menurut beliau sekarang ini menerbitkan buku menjadi semakin mudah. Karena sekarang ada penerbit indie yang melayani penerbitan buku tanpa seleksi. Sebelum ada penerbit indie, penerbit buku yang ada hanya mayor. Tahapan untuk bisa menembus penerbit mayor begitu sangat sulit. Karena dilakukannya proses seleksi yang membuat parea penulis harus berjuang keras untuk bisa naskahnya diterima oleh penerbit Mayor.
Banyak penulis ingin karyanya bisa menjadi suatu buku. Sekarang penerbit indie bisa menjadi suatu solusi bagi penulis untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku hasil karya sendiri. Sekarang melalui penerbit indie maka maskah pasti akan bisa dibukukan, Proses penerbitannya juga mudah dan cepat. Karena tidak melalui tahapan seleksi seperti pada penerbit mayor.
Berbeda dengan penerbit mayor, memang pada penerbit indie, kita harus siap mengeluarkan biaya dalam hal pencetakan buku. Itu memang konsekuensi dari penerbitan buku tanpa seleksi. Pemasaran bukunya tidak menjadi urusan dari penerbit indie. Karena kita sendiri yang turun tangan atau bisa juga juga bekerjasama dengan pihak lain untuk memasarkan buku kita.
Setiap penerbit mempunyai ketentuan tersendiri dalam penerbitan buku. Sama halnya dengan penerbit Gemala yang diperkenalkan oleh pak Brian. Namun biasanya ada beberapa fasititas yang menjadi tanggung jawab penerbit seperti desain cover, ISBN, Layout, buku bukti terbit dan e-sertifikat. Penulis dapat memilih di penerbit mana dia mau mencetak bukunya. Karena setiap penerbit memiliki penawaran dan ketentuan yang berbeda-beda.
Menurut pak Brian, ada biaya pencetakan yang yang harus kita bayarkan ke penerbit. Harganya tergantung jumlah halaman. Jumlah buku tergantung pad kebutuhan penulis. Biasanya proses penerbitan buku paling cepat 1 bulan tergantung antrian cetak dan ISBN.
Adapun kelengkapan naskah yang disiapkan oleh para penulis adalah cover (judul buku dan nama penulis sja), prakata, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, sinopsis (3 paragraf, masing masing paragraf 3 kalimat). Prakata wajib ditulis oleh penulis. Kata pengantar ditulis oleh orang lain dan tidak wajib ada.
Pak brian menegaskan bahwa penerbit Gemala bahkan mungkin penerbit indie yang lain biasanya meminta penulis untuk memastikan bahwa tulisannya sudah siap untuk diterbitkan. Edit ringan oleh penerbit hanya dilakukan pada hal-hal yang terlihat jelas. Misalnya ada kata-kata tentang gambar tetapi gambarnya tidak ada. Inilah yang akan diedit penerbit.
Sekarng tidak ada alasan lagi untuk kita tidak menulis. Karena setiap tulisan kita akan bisa kita jadikan buku dan bisa bermanfaat bagi orang lain. Ada penerbit indie yang yang akan membantu kita, memudahkan kita mencetak buku tanpa harus menjalan proses seleksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar