Jumat, 13 Agustus 2021

Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan


Resume ke :15

Tanggal : 13 Agustus 2021

Tema : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Narasumber : Susanto, S. Pd


Ada pepatah yang mengatakan "gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama". Karena itu hiduplah seribu tahun lagi dengan menerbitkan karya publikasi. Hal ini yang menguatkan saya untuk selalu mencoba meninggalkan jejak lewat menulis. 

Proofreading sebelum menerbitkan buku menjadi tema pelatihan menulis malam ini. Jujur saya awalnya kurang paham, maksud tema ini apa. Namun aku coba untuk menggali lebih jauh tentang tema ini. Dimana pelatihan ini dipandu oleh ibu Maesaroh. 

Bersama bapak Susanto, S.Pd, beliau akan memberikan pemaparan tentang tema diatas. Beliau adalah seorang guru, penulis dan juga editor buku. 

Ada beberapa naskah buku yang sudah dipercayakan kepada beliau dalam hal pengeditan buku di antaranya:

1. Kunci Sukses Menjadi Moderator Online (Aam Nurhasanah), Desember 2020.

2. Patidusa Pujangga Wiyata, Antologi Puisi Nusantara Bergema (Aam Nurhanasa, dkk), Januari 2021.

3. Bait-bait Kerinduan, Antologi Puisi Ungkapan Rasa Rindu (Rofiana, S.Pd., dkk), Maret 2021, Januari 2021.

4. Haru Biru Perjalananku, Catatan Perjalanan Tugas Kepala Sekolah Daerah Terpencil dan Satu Atap (“Ambu” Tini Sumartini), Maret 2021.

5. Merajut Goresan Tinta Berbuah Karya (Herni Sunarya Banah, S.Pd.), Maret 2021.

6. Purwakarya Literasi, antologi peserta Gel 18 (2021)

7. Membongkar Rahasia Menulis ala Guru Blogger (Bersama Bu Noralia Puspa Yunita dkk), Juli 2021.

Menurut pak Susanto, istilah proofreading atau uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan.

Dalam menulis memang benar ketika ada ide dalam pikiran, langsung saja ditulis. Apa pun itu tulis saja, jangan menganggap tulisan jelek, tidak layak dibaca. Jangan dipikirkan tulisannya bakalan seperti apa. Karena setelah selesai kita menulis. Disinilah tugas dari proofreading itu dilakukan. 

Proofreading dilakukan untuk memeriksa bentuk kesalahan dalam teks seperti tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata.

Apa perbedaan proofreading dengan mengedit? 

Kegiatan editing berfokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan. Proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum. Dan substansi tulisan dapat mudah dipahami oleh pembaca. 

Bisa dikatakan editan merupakan proses yang melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan bahasa, sedangkan proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi. 

Seorang proofreading harus objektif dalam menilai isi naskah. Ia akan bertindak sebagai seorang pembaca dan menilai apakah karya penulis sudah bisa dimengerti atau justru berbelit-belit. Harapannya, setelah melewati tahapan proofreading, karya sang penulis bisa lebih mudah dipahami pembaca.

Bagaimana melakukan Proofreading?

1. Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit

2. Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI

3. Konsisten nama dan ketentuan

4. Perhatikan judul bab dan penomorannya


Ada cara mudah untuk memeriksa tulisan, yaitu:

Baik di Ms Word maupun di blog melakukan pencarian dengan menekan tombol CTRL bersamaan dengan tombol huruf F (CTRL+F). Lalu, ketikkan misalnya tanda "," (tanda koma).  Maka muncul highlight teks dengan warna kuning. Setelah itu kita periksa apakah ada kesalahan atau ada spasi antara kata dengan tanda koma. Hal yang sama lakukan pada tanda baca lainnya. Jika hal ini kita lakukan maka pos blog menjadi bersih dari kesalahan pengetikan.

Kesalahan kecil lainnya yang biasa dilakukan adalah penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan. Oleh karena itu perlu sedikit keterampilan untuk membedakan keduanya.

Jika kata yang mengikuti -di- adalah verba atau kata kerja maka di ditulis serangkai dan kata itu ada bentuk aktifnya yaitu jika diberi imbuhan me-. 

Aturan ejaan lainnya yang ada dalam PUEBI wajib kita pahami. Meskipun blog tidak mensyaratkan bahasa yang baku (kan suka-suka penulisnya) tetapi minimal wajib tahu dan menerapkan aturan-aturan yang dicontohkan. Kita cinta Bahasa Indonesia, ‘kan?

Jadi, dalam melakukan proofreading perlu menggunakan Alat Bantu, yaitu 1. puebi daring; 2. kbbi daring. 

Selesai menyampaikan pemaparannya, ada beberapa pertanyaan yang dijawab secara gambang oleh beliau. Saya meringkas jawaban pertanyaannya sebagai berikut:

  1. Mengedit jangan segera begitu selesai. Endapkan dulu, beberapa saat. Cara edit yang efektif, pahami aturan dasar yaitu struktur, minimal ada S-P. Aturan huruf kapital, aturan tanda baca, aturan pemenggalan kata, dsb. 
  2. Karena istilah proofreading diterjemahkan sebagai "uji baca", maka mencakup kegiatan editing di dalamnya. Dalam hal membedakan substansi tulisan maka di perusahaan penerbitan, biasanya dinamakan editor. Profesi yang mempunyai kapasitas besar dalam penyempurnaan sebuah buku sebelum dipublikasikan adalah Proofreader.
  3. Tentang kekhasan, jika kekhasan itu "menerjang" kaidah, memang harus diluruskan. Dalam merestruktur kalimat, kadang ada penulis yang sengaja menempatkan tanda baca atau kata yg "nyeleneh". Secara struktur bahasa, jika itu kalimat majemuk yang panjang, kita penggal menjadi beberapa kalimat tunggal, tidak akan mengubah ide pokok. 
  4. Sangat penting untuk memahami struktur kalimat, pahami PUEBI, perlu membuka KBBI jika ragu dengan kata-kata tertentu. 

Di akhir pemaparannya, menurut beliau, kita tidak mungkin menguasai segalanya, hanya orang-orang tertentu yang ditakdirkan memiliki kompetensi: penulis, proofreader, editor, sekaligus. Karena itu berbahagialah mereka yang mempunyai ketiga talenta tersebut. 

Setidaknya sebagai penulis memiliki keterampilan minimal sebagai penyunting tulisan sendiri, agar calon pembaca kita memahami apa yang kita maksudkan dalam tulisan. Terimakasih pak banyak ilmu yang bermanfaat yang saya dapat. 

5 komentar:

  1. Lengkap sekali resumenya, Bu. Semoga dengan ilmu ini tulisan kita menjadi lebih sempurna. Semangat terus,ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak ibu, belajar menulis setiap hari bu, semangat kita menulisnya ya bu

      Hapus

Koneksi Antar Materi – Pendidikan yang Memerdekakan

  by POSMAULI DEVITA SIHOMBING    Setiap individu lahir dengan kodrat dan keunikannya masing-masing Selaras dengan pemikiran KHD bahwa...