Rabu, 23 Februari 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Oleh:  

Posmauli Devita Sihombing

CGP Angkatan 3

Kabupaten Batubara

Provinsi Sumatera Utara

 

 

Dari kutipan berikut:

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)-Bob Talbert

Artinya bahwa pendidikan hendaknya bukan memberikan pengajaran terkait keilmuan saja atau hanya mengasah kecerdasan  intelektual. Namun lebih kepada memberikan bekal kehidupan untuk mengasah kecerdasan spiritual, sosial dan emosional. Sehingga anak didik memiliki karakter sesuai profil pelajar pancasila sebagai landasan dalam kehidupannya sehingga anak didik kelak menjadi manusia yang manusiawi.

Menurut pandangan bapak filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidik adalah seorang penuntun yang dapat menuntun tumbuh kembang anak didik sesuai dengan kodrat yang dimiliki sang anak agar mereka memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang anak manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Guru adalah  penuntun  segala kekuatan kodrat  baik kodrat alam dan juga kodrat zaman  pada anak didik agar sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Guru sebagai penuntun menjadi seorang pemimpin pembelajaran haruslah berpusat pada murid.

Sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD),dikenal Pratap Triloka yaitu:

Ing Ngarso Sung Tulodo artinya seorang pemimpin haruslah menjadi teladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya, Ibarat magnet, pemimpin harus mampu menarik partikel-partikel disekitarnya untuk bisa diajak bersinergi mencapai sebuah visi sekolah.

Ing Madya Mangun Karso artinya pemimpin harus bisa memberikan motivasi dengan beekrjasama dengan orang yang dididiknya, perlu mempererat hubungan antara guru dengan murid namun tidak melanggar etika pendidikan.

Tut Wuri Handayan memiliki makna bahwa guru berdiri di belakang anak murid untuk memberikan semangat atau dorongan kepada mereka agar mampu menjadi kepemimpinan murid. Guru memiliki kewajiban untuk memberikan kesempatan kepada anak muridnya melakukan sesuatu dan melakukan karya-karya inovatif sesuai dengan arahan dan dorongan guru.

Seorang guru yang melihat siswanya bersalah tidak serta merta langsung memberikan hukuman. Sebaiknya guru melakukan tanya jawab bisa berupa coaching, konseling ataupun mentoring untuk lebih banyak menggali pemahaman tentang diri anak murid terhadap berbagai persoalan mengenai diri anak didik kita. Sejalan dengan itu barulah guru memutuskan memberikan hukuman yang mendidik dan tidak merugikan anak didik dalam belajar. Sekarang ini masih banyak kita melihat guru memberikan hukuman yang merugikan siswa, membuat siswa tidak mau belajar. Sehingga siswa tidak mendapatkan haknya di sekolah. Seorang guru yang bijak hendaknya memberikan hukuman yang tidak mengurangi hak siswa tersebut. Misalnya hukuman piket kelas sepulang sekolah, dengan artian siswa tetap ikut belajar dengan temannya, namun dia hanya akan telat pulang saja ke rumah karena harus piket terlebih dahulu.

Dalam proses pendidikan berlangsung di sekolah, guru ada kalanya menghadapi masalah yang berkaitan dengan tingkah laku dan kebiasaan buruk yang dilakukan oleh muridnya. Tentu, dalam setiap penyelesaian permasalahan ini seorang guru harus mampu menerapkan pola pengambilan keputusan yang berdasarkan pada paradigma dan prinsip dilema etika. Kemudian dengan menggunakan 9 tahapan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Sebelum pengambilan keputusan itu, guru juga sebaiknya melakukan coaching ke murid agar bisa mengetahui lebih dalam lagi permasalahan yang dihadapi nya sehingga murid mampu menyelesaikan masalah dengan mengeksplorasi kemampuan dirinya.

Sebagai seorang pendidik haruslah memiliki nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya yang akan berpengaruh pada  prinsip-prinsip yang kita ambil dalam suatu pengambilan keputusan yang dapat memberikan dampak baik pada lingkungan kita. Nilai-nilai tersebut adalah nilai kebajikan dimana nilai-nilai tersebut telah menjadi karakter atau prinsip hidupnya. Nilai-nilai dimaksud tentu akan sangat menunjang seorang guru dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin dalam membangun niat dan kemauan belajar serta mendorong anak murid dalam tumbuh kembang serta mengenali jati diri mereka.

Setiap nilai-nilai kebajikan di satu sisi akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran. Bagi penulis, semakin kaya nilai kebajikan dalam diri seorang guru, maka akan semakin bijak prinsip berpikir pengambilan keputusan yang akan diambil. Prinsip berpikir pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang dimaksud adalah menurut Rushworth M. Kidder dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu, pertama, berpikir berbasis hasil akhir, kedua, berpikir berbasis peraturan, dan ketiga, berpikir berbasis rasa peduli.

Ketiga prinsip berpikir tersebut, pada dasarnya telah melekat dalam diri seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran. Hal itu, tentu akan berpengaruh dalam menentukan model atau paradigma dilema pengambilan keputusan. Model atau paradigma itu antara lain; (a) Individu lawan masyarakat (Individual versus Community), (b) Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice versus mercy), (c) Kebenaran lawan kesetiaan (truth versus loyalty), dan (d) Jangka pendek lawan jangka Panjang (short term versus long term).

Dalam kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan sangat berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah diambil. Pendampingan pada sesi coaching sangat membantu guru dalam proses belajar mengajar untuk pengambilan keputusan. Dalam sesi Coaching, guru sebagai coach dapat mengeksplorasi, menggali informasi dan mengembangkan potensi coachee secara optimal. Hal tersebut akan berpengaruh untuk menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid demi mewujudkan merdeka belajar.

Dalam pengambilan suatu keputusan kompetensi sosial emosional (KSE) sangat diperlukan karena kemampuan sosial dan emosional seorang pemimpin pembelajaran menjadi salah satu faktor penting. Guru yang memiliki kemampuan tersebut ketika berpijak pada prinsip dan nilai-nilai kebajikan yang ada dalam dirinya, akan memberikan kontribusi yang baik dalam pengambilan dan pengujian sebuah keputusan.

Kecerdasan sosial dan emosional tentu akan menjadikan seorang guru lebih berwibawa dan bijak dalam pengambilan sebuah keputusan. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Ketepatan dalam pengambilan keputusan itu pada akhirnya akan berdampak positif terhadap anak murid, rekan sejawat, dan tentunya bagi lembaga pendidikan atau semua warga sekolah, sehingga terciptanya lingkungan sekolah yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

 Dalam pengambilan ada 4 paradigma yang harus kita perhatikan yaitu:

1.    Individu vs masyarakat, Yaitu dilema yang dialami oleh seseorang, dimana terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan orang banyak.

2. Rasa keadilan vs rasa kasihan, yaitu dilema yang dialami seseorang, dimana orang tersebut dihadapkan pada permasalahan yang melibatkan keadilan dan rasa kasihan.

3.  Kebenaran vs kesetiaan, yaitu dilema yang mengharuskan seseorang memilih antara kebenaran yang ia yakini dengan kesetiaannya.

4.   Jangka pendek VS jangka panjang, yaitu dilema yang dihadapi oleh seseorang , butuh pemikiran yang matang akan efek jangka panjang dan jangka pendek dari permasalahan tersebut.

 

Berdasaran diagram di atas, pengambilan keputusan dibagi atas 3 macam yaitu:

1.        Berfikir berbasis hasil akhir (End Based Thingking)

2.        Berfikir Berbasis Rasa Peduli ( Care Based Thingking)

3.        Berfikir Berbasis Peraturan (Rule Based Thingking)

 

Ketiga prinsip pengambilan keputusan tersebut dapat digunakan untuk memetakan permasalahan yang sedang terjadi, sehingga dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang dapat di timbulkan. Untuk mendapatkan keputusan terbaik, perlu dilakukan pengujian-pengujian. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan, yaitu:

  1. Menggali nilai-nilai yang bertentangan
  2. Mengidentifikasi siapa yang terlibat
  3. mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
  4. pengujian benar atau salah
  5. Buat keputusan
  6. Identifikasi opsi trilema
  7. melakukan prinsip resolusi
  8. Paradigma pengujian benar lawan benar
  9. lihat lagi keputusan dan refleksikan

 Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman, positif, dan kondusif karena kita sebagai pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yang tepat yang dapat berdampak positif bagi banyak pihak yang ada di sekolah/lingkungan asal, mampu mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik. Dan pastinya berpengaruh terhadap masa depan anak didik.

Kesulitan yang saya hadapi di lingkungan saya yaitu saat ada kasus yang rumit yang berkaitan dengan kejujuran lawan kesetiaan yang sering terjadi dalam situasi dilema etika. Karena kita dihadapkan dengan pilihan untuk mengatakan yang sebenarnya atau melindungi profesi kita. Bahkan selalu merupakan pilihan yang sulit walaupun keberanian untuk tetap berpegang pada keyakinan kita, tetapi sulit meyakinkan dan memberikan pemahaman orang lain bahwa jalan itu benar.

Jadi, menurut saya pengambilan keputusan dapat  memerdekakan murid karena dengan keputusan yang tepat dapat terciptanya pembelajaran yang menyenangkan, lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, serta dengan lingkungan yang positif siswa dapat lebih fokus dan berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran.

Kesimpulan yang saya ambil adalah guru sebagai pengambil keputusan dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam pendidikan dan mendidik murid. Terutama dalam pembentukan karakter dan budi pekerti murid. Budaya positif yang ditumbuhkan di sekolah, kompetensi social emosional yang mantap merupakan modal penting dalam mendukung guru untuk bisa mengambil keputusan yang tepat di sekolah. Pembelajaran yang terintegrasi dengan pembelajaran berdiferensiasi membuat guru mampu mengoptimalkan kemampuan anak didik melalui proses coaching yang tepat akan mewujudkan merdeka belajar di sekolah.



Senin, 01 November 2021

2.1.a.6. Refleksi Terbimbing - Modul 2.1

 Salam dan Bahagia

aaa

  1. Dari apa yang sudah Anda pelajari, materi apa yang menurut Anda dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang terkait dengan pembelajaran di kelas Anda?
  2. Apa yang menurut Anda sulit untuk diterapkan? Mengapa menurut Anda hal tersebut sulit diterapkan?
  3. Jika Anda harus menerapkan hal yang sulit tersebut, dukungan Apa yang Anda perlukan? Kemana atau bagaimana Anda akan dapat mengakses dukungan tersebut.

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah :

1. Dari materi yang sudah saya pelajari dari modul 2.1 terkait pembelajaran di kelas saya, maka pembelajaran berdiferensiasi menjadi suatu solusi untuk pembelajaran yang berpusat pada anak. Di dalam kelas ada berbagai murid yang beragam mulai dari kemampuan dasarnya, latar belakangnya, minat dan gaya belajarnya. Karena itu pembelajaran berdiferensiasi sangat baik untuk diterapkan karena pembelajaran ini menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. dengan strategi pembelajaran dengan menggunakan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

2. Untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas di awal pembelajaran memang terlihat sudli untuk dikerjakan. karena dalam hal ini guru harus sigap dan aktif untuk memetakan kebutuhan belajar individu murid dengan jumlah murid yang beragam. 

3. Walaupun pembelajaran berdiferensiasi dianggap sulit untuk dikerjakan namun guru haruslah tetap semangat dan guru sangat membutuhkan dukungan dari pihak lain salah satunya adalah dukungan dari orangtua/wali murid. Setiap  orangtua/wali murid diharapkan benar-benar memperhatikan kebutuhan dasar anak-anaknya dan memastikan kebutuhan belajar mereka dari rumah. setiap orangtua juga haruslah terus mendampingi anak-anaknya dalam mengerjakan setiap pembelajaran. Guru dan orangtua murid melakukan  berkomunikasi secara rutin, aksesnya menggunakan aplikasi dari grup whatsapp.


Selasa, 28 September 2021

1.3.a.5.1 Pemetaan Kekuatan

 

Pemetaan Kekuatan
 

        Salam guru Penggerak.

       IA atau Inkuiri Apresiatif dikenal sebagai pendekatan managemen perubahan yang berkolaborasi dan berbasis kekuatan. IA menggunakan prinsip utama psikologis positif dan pendidikan positif dan percaya bahwa setiap orang memiiki nilai positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. IA (Inkuiri Apresiatif) akan membantu kita dalam mencapai visi yang akan kita susun dengan menggunakan tahapan BAGJA (Dalam bahasa Sunda artinya BAHAGIA), dimulai dari Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana dan Atur Eksekusi.

Informasi yang paling membantu saya dalam peran sebagai guru penggerak kelak adalah :

  • Pendekatan managemen yang kolaboratif dan berbasis perubahan menjadikan sekolah sebagai rumah yang nyaman, aman dan bermakna bagi siswa adalah hal yang diinginkan semua pihak.
  • Reformasi budaya sekolah adalah hal yang bisa dilakukan, melakukan hal positif biasanya butuh waktu untuk perubahan positif dan bertahap.
  • Sebagai guru penggerak hendaknya berlatih mengelola diri sendiri dan terus berupaya menggerakkan atau memberi pengaruh positif kepada orang lain untuk menjalani proses dan praktik baik secara bersama
  • IA atau Inkuiri Apresiatif bisa menjadi salah satu metode untuk mencapai visi yang sesuai dengan visi Ki Hajar Dewantara sesuai dengan visi murid impian yang menjadi cita-cita kita bersama.

Tugas kepemimpinan adalah menciptakan keselarasan kekuatan, dengan cara yang membuat kelemahan suatu sistem menjadi tidak relevan.” Peter F. Drucker


Posmauli Devita Sihombing, S.Pd
CGP Angkatan 3
Kabupaten Batubara Sumatera Utara
 

MODUL 1.3.a.3. MULAI DARI DIRI- VISI GURU PENGGERAK

  

Visi adalah suatu hal yang sangat penting. Visi itu bagaikan membayangkan sebuah lukisan lengkap pada kanvas yang masih kosong. Visi juga dapat diibaratkan sebagai bintang penunjuk arah yang memandu penjelajah untuk mencapai tujuannya. Visi adalah sesuatu yang belum terjadi saat ini, namun kita yakini akan terwujud di masa depan.

Jika dihadapkan dengan sebuah pertanyaan, “apa arti penting visi bagi saya sebagai seorang guru?” Tentu saja pasti ada jawaban yang tersimpan di hati yang sangat ingin diwujudkan oleh seorang guru penggerak.  Sebagai seorang guru, visi juga suatu hal yang sangat penting dan sangat mendasar, yang akan menuntun seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Menjadikan murid menjadi seseorang yang memiliki masa depan yang cemerlang dan sukses akan menjadi impian setiap guru.

Visi seorang guru penggerak terletak pada tujuan yang ingin dicapai terkait pembelajaran berpihak pada anak. Dengan adanya visi ke depan, maka seorang guru penggerak akan melangkah terarah. Setidaknya calon guru penggerak tahu dalam melangkah. Fokus pada satu titik, akan mempermudah saya menyusun rencana perubahan positifnya. Dengan visi yang dimiliki, akan membuat calon guru penggerak berpikir cepat mencari jalan lain saat menemukan berbagai tantangan. Calon guru penggerak selalu belajar dari kegagalan mencapai tujuan melalui strategi yang tepat.

Visi seperti apa yang anda miliki sebagai guru? Ini menjadi suatu pertanyaan yang menantang bagi saya karena sebagai calon guru penggerak, visi ke depan tentu harus berpihak pada murid. Selain itu, juga harus menyesuaikan dengan kodrat zaman anak. Dengan memperhatikan kekuatan dan potensi yang dimiliki murid. Pengenalan kekuatan dan potensi murid akan memudahkan calon guru penggerak dalam membentuk ekosistem pembelajaran yang mendukung tumbuh kembang anak didik. Oleh karena itu visi guru penggerak hendaknya memiliki keterkaitan antara kodrat anak dengan peran sebagai guru penggerak dalam ekosistem pembelajaran.

Sebagai salah seorang calon guru penggerak, saya memimpikan memiliki murid yang memiliki profil pelajar pancasila yaitu murid yang berkarakter dan berbudaya. Murid yang berkarakter Pancasila akan lebih mudah untuk mengikuti perkembangan zaman. Tentunya dengan tetap berpegangan pada nilai-nilai bangsa. Murid yang memiliki karakter Pancasila akan mendukung ekosistem pembelajaran yang lebih berpihak pada murid. Selain itu, impian lainnya adalah murid berbudaya. Keberadaan murid yang berbudaya akan membuat ekosistem pembelajaran menjadi lebih hidup yang menyenangkan bagi murid.

 


 Untuk ke depannya saya juga mempunyai mimpi sekolah dimana saya percaya murid adalah subjek pendidikan yang memiliki potensi beragam untuk dikembangkan sesuai kodrat alam dan zaman. Jika hal ini tercapai, maka pendidikan berpihak pada murid akan terwujud. Diharapkan sekolah akan berkembang menjadi pusat pendidikan yang memahami kebutuhan murid dalam mengembangkan kekuatan dan potensinya. Karenanya saya juga bermimpi sekolah saya mengutamakan terbentuknya ekosistem pembelajaran berpusat pada murid sesuai kodratnya.

Murid di sekolah saya sadar betul bahwa untuk mencapai keberhasilan pendidikan mereka harus terlibat dan dilibatkan aktif dalam proses pembelajaran. Murid juga harus berusaha mandiri mengembangkan kekuatan dan potensi dirinya. Terlibat aktif dalam berbagai ruang-ruang kreatif yang ada di sekolah merupakan harapan besar.

Di sisi lain, saya juga memimpikan guru di sekolah saya akan melakukan perubahan positif dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini akan memacu guru untuk terus berbenah. Selain itu juga membuat guru mampu kreatif dan inovatif dalam menumbuhkan murid. Oleh karena itu kelak pada akhirnya guru di sekolah saya paham bahwa untuk melakukan perubahan positif harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Visi guru penggerak yang saya simpulkan adalah ‘Mewujudkan murid pembelajar yang Berkarakter dan Berbudaya dalam Ekosistem Pembelajaran Berpihak pada Murid’ seperti pada gambar berikut ini.


            Demikian penyajian yang saya sampaikan melalui tahap ini tentang visi guru pengegrak. Dan kiranya saya bisa menerapkan visi pribadi saya sebagai seorang guru penggerak.

 

 

Posmauli Devita Sihombing, S.Pd

CGP Angkatan 3

Kabupaten Batubara Sumatera Utara

Rabu, 15 September 2021

Terimakasih guruku


Suara klakson mobil terdengar siang ini dari teras rumah. Bu Siti yang sedang menggoreng ikan gurami langsung berlari dari dapur untuk membuka gerbang. Ternyata jam dinding menunjuk pukul 5 sore. Ini adalah waktu dimana mama dan papaku pulang kerja. 

Sesampai di garasi, mama turun dari mobil langsung menghampiri saya yang lagi asyik di depan laptop. 

"Lagi apa sayang", tanya mama.

"Ini ma, lagi nonton Drakor", jawabku.

Mama langsung duduk di sebelahku, mendampingiku sambil memeluk tubuhku yang imut. 

 

Setiap hari mama papa kerja dari jam 7.30 sampai sore 16.00. Sampai dirumah biasanya jam lima sampai jam 6 sore. Terkadang mereka juga lembur sampai malam. 

Setiap hari mama dan papa sibuk kerja. Sampai sampai tidak punya waktu untuk menemaniku bermain. 

Tapi yaa sudahlah, toh saya juga punya gawai yang selalu menemaniku seharian di rumah. 

Saya anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertamaku selalu sibuk dengan kegiatan ekskul pramuka nya. Hampir setiap hari dia keluar rumah. Kakak kedua juga sama. Sejak papa belikan dia sepeda motor dia jadi sering kali tour sama teman temannya. Padahal dari usianya yang masih duduk dibangku kelas 8 seharusnya dia belum bisa bawa sepeda motor karena kan belum punya SIM.

Aku yang masih kelas 5 SD selalu dirumah ditemani ibu Siti. 

Om bob selalu setia menemaniku, antar jemput ku ke sekolah. 

Hari ini ada tugas Matematika. Sulit rasanya aku membuka buku mm ku. Bermain game di gawailah membuatku betah di rmh. 

Ratusan Anak di Jawa Barat Kecanduan Gadget Sudah Dirawat di Rumah Sakit  Jiwa, Hati-hati Bunda! - Hulondalo.id

Ada temanku namanya Osmar. Dia anak yang pintar, pendiam, polos dan penurut. Dan banyak gitu yang senang padanya bahkan memanfaatkan kepolosanya. Saya sering mentraktir nya jajan di kantin hanya supaya dia mau mengerjakan pr ku bukan hanya mm tapi semua pelajaran. 

 

Bukan cuman aku ada lebih dari 10 orang kawanku melakukan hal yang sama pada Osmar. Kawan lain tau akan hal ini tapi tak ada yang berani melapor ke guru. 

 

Suatu ketika selesai belajar bahasa Indonesia, ibu Vani memanggil Osmar dan membawanya ke ruang guru. Karena setelah ibu Vani mengumpulkan tugas anak-anak, ternyata hampir semua buku PR yang diperiksa ibu tulisannya sama. 

 

Bukan cuman ibu Vani, semua guru yang masuk ke kelas saya menyatakan juga hal yang sama. Namun Osmar tetap membisu tidak mw mengakui kalo semua itu tulisannya. Dia takut kalau kawan kawan marah padanya. 

 

Lalu bu guru memanggil Angga teman sebangku Osmar. Lalu Angga menceritakan bahwa setiap hari setelah selesai pembelajaran kawan kawannya memberikan buku tugas kepada Osmar untuk dibawa pulang. Di rmh lah Osmar menulis setiap tugas dibuku kawan kawan tersebut. Dan itu sudah berlangsung lama. 

Bagi mereka yang pengertian, ada yang mentraktirnya jajan, ada yang memberi uang, ada yang hanya bilang trimakasih. Osmar terpaksa mau melakukannya, selain karena takut pada kawan, Osmar juga butuh jajan dan uang karena memang Osmar hampir tidak pernah dikasi uang jajan oleh orang tuanya. 

 

Osmar tinggal di pinggir sungai. Pencarian Orangtuanya hanyalah mencari ikan di sungai. Kalau dapat ikan ya bisa dijual dan buat makan. Terkadang orangtuanya bekerja upahan diladang tetangga. Penghasilannya cukup memprihatinkan. 

 

Ibu guru memanggil 10 kawan osmar. Menurut ibu guru mungkin ini hal serius sehingga harus memanggil kami bersepuluh. Jantung saya berdetak begitu kencang, takut kalau nanti orangtuaku dipanggil ke sekolah. Memang orangtuaku tidak pernah memberikan hukuman fisik pada ku, tetapi pengurangan uang jajan pasti dilakukan dan ini membuatku sangat stress.

 

Ibu Vita yang adalah wali kelas kami sudah menunggu di ruang BK bersama guru BK dan Ibu Vani. Satu persatu kami dinterogasi oleh guru BK. Terkadang keluar suara-suara keras dari mulut ibu BK terkadang juga keluar celotehan lembut yang menyejukkan hati.

 

Banyak sekali nasehat dan semangat yang diberikan ketiga ibu guru tersebut kepada kami. Tapi seperti angin lalu di telingaku. Aku dan teman-teman hanya mengangguk-angguk tanda mengerti atau apa, akupun tak tahu. Terkadang aku lirik-lirikan dengan kawan disebelah, kadang juga senggolan kecil pertanda ingin memberi kode.

 

Ibu BK tetap memberikan celotehannya dengan banyak nasihat. Namun entah kenapa Ketika ibu BK akan membuat surat panggilan orangtua, kami langsung serentak teriak histerus.

“Jangan ibu, jangan, kami nggak akan melakukan kesalahan ini lagi”, teriak Iwan yang kebetulan duduk dibelakangku.

 

Satu persatu kami menangis serasa menyesali kesalahan kami. Wajah-wajah penyesalan pun mulai muncul diraut kami yang polos setelah surat panggilan orangtua dikeluarkan.

 

Tangisan dan jeritan kami ternyata bisa meluluhkan hati ibu BK. Dengan suara lembutnya, dia mengajak kami membuat beberapa kesepakatan, dengan tanpa memanggil orangtua.

 

Kesepatannya antara lain:

Membersihkan kamar mandi cowok dan membersihkan halaman sekolah selama satu bulan setiap jam istirahat. Meminta maaf pada Osmar dan mau bersahabat dengan dia bukan karena memanfaatkannya untuk mengerjakan tugas, tidak lagi meminta Osmar untuk mengerjakan PR kami. Membuat kelompok belajar dikelas dan meminta Osmar untuk mengajari kami belajar di kelas, Mau mengerjakan PR di rumah.

 

Ya..sepertinya kesepakatan ini terlihat gampang, tapi ini beban yang sangat berat bagiku. Terpaksa ini kami setujui supaya orangtua kami tidak dipanggil ke sekolah.

 

Setelah membuat kesepakatan, kami diajak ibu BK untuk merenung sambil menuliskan sebanyak-banyaknya kesalahan kami di sekolah. Ibu Vani menyiapkan kertas dan pulpen dan meminta kami menuangkan isi hati kami di kertas tersebut. Entah kenapa sambil menulis air mata ini selalu mengalir tanpa bisa dibendung, teman-temanku juga mengalami hal yang sama. Entah bius apa yang sudah disuntikkan ibu guru kepada kami saat itu.

 

Ada rasa penyesalan yang mendalam dari diri ini. Sejak saat itu aku bertekad untuk mau berubah. Ibu guru sudah menyadarkanku dan kawan-kawan supaya aku bisa memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.

 

Selesai dari sini aku akan kembali kedalam kehidupanku sehari-hari. Namun celotehan ibu guru serasa masih tertinggal di telinga ini. Selalu terngiang-ngiang.

Aku mulai merasakan ada yang berubah dari diri ini. Membaca buku di rumah mulai kutekuni. Mengerjakan tugas di buku sekolahku mulai kukerjakan. Bahkan andriodku bisa diam beberapa jam di atas meja tanpa sentuhanku karena kesibukanku yang baru ini.

 

Terimakasih ibu guru. Celotehanmu sudah mengubah hidupku. Nasihatmu bagai obat manjur bagi tubuhku. Sehingga hari-hariku tidak lagi melulu di depan gawai.

 



Posmauli devita Sihombing,S.Pd
 










Koneksi Antar Materi – Pendidikan yang Memerdekakan

  by POSMAULI DEVITA SIHOMBING    Setiap individu lahir dengan kodrat dan keunikannya masing-masing Selaras dengan pemikiran KHD bahwa...