Selasa, 13 Juli 2021

Menulis adalah suatu passion

Resume ke            : 1

Gelombang           : 19

Tanggal                 : 12 Juli 2021

Tema                     : Menjadikan menulis sebagai passion

Narasumber          : Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd

 Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru 2021/2022. Hari yang sudah ditunggu-tunggu pastinya oleh setiap anak sekolah khususnya anak didik saya yang baru masuk di kelas VII mengingat sudah sekitar 3 semester mereka belajar dari rumah dikarenakan pandemic covid 19 yang belum juga sirna. Dan hari ini juga adalah hari pertamaku mengikuti kelas pelatihan belajar menulis PGRI kelas omjay.

Dari pagi selalu terbayang dipikiranku, seperti apa ya kelas menulis ini? Rasa penasaran dan keingintahuanku sudah begitu menggebu sejak saya masuk kelas omjay di gelombang 19 ini. Senang rasanya saya bisa bergabung di grup wa ini yang isinya adalah guru-guru hebat yang suka menulis dengan segudang karya mereka. 

Dan waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Tepat jam 7 malam kelas menulis online pun dimulai. Omjay bilang ini adalah kuliah online. Kata-kata itu sontak membuatku jadi semakin penasaran. Sampai-sampai ketika omjay membuka kegiatan ini dengan memberi salam saya pun mulai semangat dengan mengambil sikap nyantai supaya saya bisa fokus untuk menyimak. Kelas menulis malam ini dipandu oleh seorang ibu moderator yang cantik yaitu ibu Aam Nurhasanah dari Lebak Banten. Dengan narasumber ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd dari Keraton Solo yang akrab disapa Bu Kanjeng seorang penulis, editor dan motivator. 

Dalam kuliah online seperti yang disebutkan omjay, ibu Aam membagi 3 sesi dalam kegiatan menulis ini. Mulai dari sesi pertama yaitu kegiatan pembuka. Lanjut ke sesi kedua kegiatan materi, sampai akhirnya ke sesi ketiga kegiatan tanya jawab. Dan saya melihat kegiatan ini sangat fleksibel, nyantai namun terarah dan tujuannya pun jelas yaitu mempersiapkan para peserta supaya mampu menulis dan pada akhirnya bisa menerbitkan buku. Seperti yang sudah dialami oleh ibu Aam lewat kelas menulis omjay ini beliau sudah bisa menulis buku dan menghasilkan buku, menjadi kurator, menjadi moderator, menjadi narasumber dan editor buku. 

Menjadikan menulis sebagai passion adalah tema yang dibahas ibu Kanjeng pada malam ini. Tema yang sangat menarik. Karena memang benar bahwa sampai sekarang pun profesi penulis masih dibilang jarang dikerjakan oleh kebanyakan orang karena masih sedikit sekali orang yang suka menulis. Sehingga penulis masih dikategorikan profesi yang berkelas dan sangat dihormati di masyarakat.

Seperti halnya ibu Kanjeng, beliau sudah tergolong penulis yang profesional dan sudah banyak menghasilkan karya tulis dan sudah menerbitkan banyak buku.

Dalam pemaparannya, ibu Kanjeng menjelaskan bahwa kegiatan menulis itu sangat penting karena kemampuan menulis itu merupakan suatu bentuk kematangan berpikir kita. Namun dengan berbagai alasan, hanya sedikit orang yang menjadi penulis hebat. Mengapa? Karena banyak orang merasa tidak berbakat, tidak memiliki ide untuk menulis apa, tidak suka menulis, tidak memiliki waktu, merasa tidak mampu atau tidak percaya diri, tidak suka menerima kritikan dari orang lain. 

 Ternyata untuk membuat suatu karya seperti buku kita pasti akan menghadapi banyak kendala. Karena itu sangat perlu sekali kita mendapatkan motivasi dari mana saja dan harus diimbangi dengan etos kerja yang kuat dalam menulis. Sehingga passion seorang penulis akan terlihat dalam dirinya. Seorang penulis akan rajin membaca buku. Penulis akan mulai menuangkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan dan menulis apa saja yang terlintas dipikirannya. Banyak sekali alasan orang untuk menulis, diantaranya adalah mengejar materi atau uang, sebagai popularitas, mengekspresikan perasaan, untuk membangun peradaban atau mengubah cara berpikir masyarakat, dan untuk memperoleh pahala dengan mengajak pembaca melakukan perbuatan baik. 

 Pastinya tidak ada kata terlambat untuk menulis. Dan untuk menjadi seorang penulis yang baik dimulai dari membaca banyak buku yang kita sukai. Mau menjadi pendengar yang baik dan diusahakan untuk memiliki mentor yang tepat yang akan membimbing dan mengarahkan serta memberi semangat dalam menulis, mau berdiskusi kepada orang lain. Menulis dari apa yang kita lihat yang kita rasakan sehingga kita belajar untuk bisa peka terhadap suatu situasi sehingga bisa menjadi suatu rangkaian tulisan yang baik. Perlunya bersosialisasi sehingga kualitas atau isi tulisan  kita semakin berkembang. Dalam menulis  ada hal yang perlu dipersiapkan diantaranya menggali dan menemukan gagasan, menentukan tujuan, menentukan topik, membuat outline dan mengumpulkan bahan atau materi seperti buku sebagai bahan referensi. 

 Ibu Kanjeng menegaskan bahwa seorang penulis pemula sebaiknya lebih fokus pada ketekunan dalam proses menulis. Karena menulis itu harus sabar. Karena itu menulislah semampu kita terlebih dahulu dan jangan berpikir harus sempurna dan jangan terlalu idealis juga dalam menulis.

 Ternyata harus ada target waktu dalam menulis buku apakah seminggu, sebulan, dua bulan atau lebih. Perlu disiplin juga dalam menulis. Kenyaman situasi menjadi sesuatu yang sangat penting sehingga bisa konsentrasi dalam menulis. Memiliki fasilitas yang memadai dalam menulis seperti laptop. Dan juga harus punya mood booster supaya tetap mencapai target maksimal. Hal yang sangat penting yang sudah dikerjakan oleh ibu Kanjeng adalah beliau bergabung dalam komunitas penulis yang selalu konsisten untuk menulis, sehingga motivasi dan semangat akan selalu bisa didapat dari suatu komunitas.

 Di akhir sesi yang merupakan sesi tanya jawab, banyak sekali peserta yang antusias dalam memberikan pertanyaan dan dijawab satu persatu oleh narasumber. Akhirnya saya merangkum beberapa jawaban yang diberikan ibu Kanjeng, saya simpulkan seperti berikut:

1.      Sebelum menulis sebaiknya dibuat dahulu outline supaya tulisan kita terarah

2.      Ketika kita menjadikan menulis sebagai passion maka dengan banyaknya kesibukan tetaplah kita menyempatkan diri menulis walaupun hanya beberapa paragrap.

3.      Semakin banyak berlatih menulis maka lambat laun akan terbentuk karakter tulisan kita

4.      Menulislah dari apa yang kita sukai dan yang kita kuasai

5.      Supaya tampilan tulisan lebih bagus dan rapi sebaiknya terlebih dahulu menulis di word lalu setelah selesai baru dipindahkan ke blog

6.      Tetap berada di dalam komunitas menulis supaya selalu mendapat motivasi dan semangat dalam menulis

7.      Buku antologi bisa menjadi buku best seller tergantung dari tema yang diminati banyak orang dan cara pemasarannya

8.      Menjadi penulis pemula kita harus percaya diri dalam menulis dan banyak belajar dengan banyak membaca

9.      Sebelum menulis buku sebaiknya sesuaikan dengan target pasar atau sesuai trend nya apa dan sesuaikan dengan pembacanya siapa, apakah ibu-ibu, anak remaja, parenting, dll

10.  Menulis itu tidak instan, perlu banyak membaca dan berlatih menulis

11.  Dalam penulisan buku pendamping buku paket sebaiknya dibuat dahulu outline, materi bukunya apa, lalu cari buku pendamping dan buku referensi dan silabus yang sesuai

 

Sungguh luar biasa pemaparan materi malam hari ini. Banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan dan semoga bisa jadi bekal untuk semakin giat lagi dalam menulis. Akhirnya mari jadikan menulis sebagai passion dan kumpulkan ide-ide yang berserakan di sekitar kita supaya kedepannya bisa menjadi penulis yang handal. Terimakasih ibu Kanjeng atas ilmunya malam ini yang sangat bermanfaat.

 



 


 
 

Selasa, 08 Juni 2021

Jurus Menulis Dasyat Ala Otak Kanan


Sumber: ruangguru.com

“Penulis otak kanan biasanya lebih imajinatif, impulsif dan kreatif setiap orang akan penasaran karena pemikirannya susah untuk ditebak”.


Masih seputar menulis, kali ini materi pada kegiatan MBPN berhubungan erat dengan otak, otot dan hati. Jurus menulis dasyat ala otak kanan adalah pembahasan kita bersama narasumber kita bapak Firdaus AL Muqaddas, MH, seorang dosen, editor, penulis dan reviewer pada beberapa jurnal nasional.

Menulis merupakan anugerah dari Sang Pencipta serta sebagai perantara adanya saling memahami di antara manusia sebagai kemampuan memberikan ungkapan melalui lisan. Menulis sebagai alat penyambung ilmu pengetahuan antar sesama manusia sehingga pengetahuan tetap terjaga dari masa ke masa. Karena jika tidak ada budaya tulis menulis bisa jadi pengetahuan itu akan hilang dari bumi ini.

Ada beberapa jenis tulisan yang kita kenal, yaitu pertama fiksi jenis naskah yang ditulis berdasarkan imajinasi atau pun khayalan pengarang. Ini biasanya berhubungan dengan karya sastra seperti novel, puisi, drama dan cerpen. Kedua, non fiksi merupakan jenis naskah yang ditulis berdasarkan data dan fakta ataupun kebutuhan nyata, seperti buku pelajaran, pendidikan, artikel, esai, agama dan referensi. Ketiga, faksi yaitu jenis tulisan yang ditulis berdasarkan data dan fakta namun disajikan dalam bentuk kisah seperti diari, memori, biografi dan kisah-kisah zaman dahulu.

Ada beberapa model dalam mengemas suatu bentuk tulisan sehingga pembaca mudah untuk memahami tulisan tersebut. Seperti naskah yang berisi petunjuk praktik misalnya food combining. Self-help merupakan naskah panduan untuk diri sendiri misalnya tips untuk merawat wajah. Biografi atau autobiografi merupakan naskah berisi riwayat atau sejarah hidup tokoh misalnya hijrah menuju cahaya riwayat KH Jujun Junaedi. Referensi merupakan naskah yang berisi materi pelajaran atau pelatihan misalnya buku pelajaran IPA. True story merupakan naskah yang berisi kisah nyata tentang suatu peristiwa yang menarik misalnya laskar pelangi.

Penggunaan otak kiri dan otak kanan merupakan dua hal yang berbeda. Otak kiri biasanya menggunakan IQ atau Intelligence Quotients atau kecerdasan yang melibatkan logika dalam memecahkan masalah. Sedangkan otak kanan menggunakan EQ atau Emotional Quotients artinya kemampuan seseorang untuk mengenal, mengendalikan dan menata emosi serta perasaan. 

Dalam hal menulis, penulis otak kiri dan penulis otak kanan sangat berbeda dalam hal pola pikir dan gaya bahasa. Penulis otak kanan biasanya lebih imajinatif, impulsif dan kreatif. Otak kiri lebih runut dan detail dalam menulis dan lebih sistematis. Otak kanan tidak runut dalam menjelaskan suatu hal dan jika menulis orang yang menggunakan otak kanan akan keluar dari kebiasaan banyak orang karena suka aneh atau nyeleneh dan meledak-ledak. Dia bisa membuat setiap orang akan penasaran karena pemikirannya susah untuk ditebak. Misalnya dalam membuat judul tulisan, dia akan membuat judul yang unik dan membuat pembaca penasaran akan judul tersebut. 

Penulis otak kiri biasanya terencana, bergantung waktu dan suka mencari persamaan. Namun penulis otak kanan tidak terencana, tidak tergantung pada waktu dan tidak suka mencari persamaan. Menggunakan otak kiri atau pun otak kanan dalam menulis bukanlah suatu masalah. Tergantung dari penulis untuk menempatkan pola pikir dan gaya bahasanya dalam menulis. Tulis saja apa yang kita pikirkan dan selesainya baru mengedit. 

Di akhir pemaparan pak Firdaus menyampaikan bahwa di dalam cahaya-Mu aku belajar mencintai, dalam keindahan-Mu aku belajar menulis. Ikatlah ilmu itu dengan menulis, karena menulis suara tak akan pernah ditelan angin. Menjadi penulis, pengarang atau sastrawan bukanlah hal penting namun yang terpenting adalah teruslah menulis berkarya lalu dengan rendah hati terus belajar.

Kamis, 03 Juni 2021

Doa Ibu adalah suksesku

Pagi ini aku datang ke sekolah seperti biasa untuk belajar di sekolah. PR yang diberikan ibu Intan, guru IPAku semua sudah ku kerjakan. Aku adalah salah seorang penggemar ibu Intan. Sehingga setiap kali pelajaran IPA, aku selalu mengerjakan PR yang diberikan beliau. Berbeda dengan pelajaran lain yang sangat jarang ku kerjakan.

Aku adalah anak ke enam dari delapan bersaudara. Saat aku duduk di bangku SMP, aku sangat sulit sekali memahami setiap pelajaran yang diberikan bapak/ibu guru. Setiap pulang sekolah aku bersama dengan abangku pergi ke ladang membantu ibu. Sambil mencangkul di ladang sekujur tubuh ibuku penuh dengan keringat sehingga pakaian yang dikenakannya pun hampir basah seluruhnya oleh keringat. Aku pun turut serta membantu ibu mencangkul membersihkan tanaman jagung yang dikelilingi dengan rumput. Cuaca panas tidak menyurutkan semangat ibuku untuk bekerja di ladang. Semua itu dikerjakannya supaya hasil panen jagung bisa bagus, berbuah banyak, dan hasilnya bisa dijual untuk mencukupi biaya hidup kami dan juga biaya sekolah kami anak-anaknya. 

Ayahku sepertinya sudah terbiasa dengan hidupnya sehari-hari. Dia begitu menikmati kebersamaannya dengan kawan-kawannya di warung kopi. Bermain judi, berfoya-foya, itulah kebahagiaan ayahku setiap hari yang membuat hati ini sangat terluka dan penuh rasa sakit hati yang mendalam akan kebiasaan ayahku. Ingin rasanya aku melabrak ayahku saat di warung, tetapi ibuku selalu menasihati kami anak-anaknya, supaya selalu menghormati orang tua, tetap selalu bersabar dan mendoakan ayah supaya suatu saat ayah bisa berubah. Abang dan kakakku sudah terbiasa dengan kondisi ini, dan membuat mereka menjadi sangat cuek dengan situasi yang ada. Mereka menjadi suka bermalas-malasan, suka berkata-kata kasar dan tidak mau membantu pekerjaan ibu di ladang. mereka sepertinya memberontak dengan kondisi keluarga ini. Hanya aku dan abang yang paling sulung lah yang mau perduli membantu meringankan beban ibu kami. 

Sangat keras dan kejam kehidupan ini. Sehingga membuatku harus berjuang untuk bisa segera keluar dari keterpurukan keluarga kami ini. Dalam hati aku berjanji bahwa aku harus bisa membuat ibuku tersenyum bahagia. Tetapi apa yang harus aku lakukan? Hidup kami sangat susah secara ekonomi. Dengan penghasilan ibu yang tergantung dari hasil ladang. Peran ayah di rumah sangat tidak bisa kami rasakan, dia sangat tidak peduli dengan nasib kami anak-anaknya. Dia hanya hidup untuk dirinya sendiri, dia tidak bekerja dan hanya mengharap dari ibu saja. Badan ayahku sangat kekar, kuat, bertenaga, tapi selalu menyusahkan ibuku. Karena dia selalu menjadi parasit di tengah-tengah keluarga kami. Entah apa tujuan dan maksud ayahku bertingkah seperti itu. Tapi ya sudahlah, aku hanya bisa mengelus dada ini, dan berdoa kiranya ibuku selalu dalam lindungan Sang Maha Pencipta. 

Diusiaku dulu yang masih remaja, aku selalu bercita-cita untuk menjadi orang kaya, punya banyak uang, untuk bisa membantu ibuku supaya tidak lagi bersusah-susah untuk bekerja di ladang. Aku ingin membawa ibuku untuk menikmati indahnya kehidupan ini kelak kalau aku sudah besar nanti. Aku ingin membuat ibuku tertawa lepas, tersenyum lebar, karena bahagia. Aku ingin mewujudkannya. Oh... Tuhan. Bisakah aku melakukannya Tuhan? Itu yang selalu kumohonkan dalam doaku kepada Allah Sang Pemilik Kehidupan. Aku percaya semua pasti Allah wujud nyatakan dalam hidupku. Aku sangat percaya itu. Iman dan keyakinanku itulah yang membuatku terus bertahan dan semangat menjalani hari-hariku.

Seperti biasa, setiap pagi aku selalu bangun lebih awal setelah ibuku. Aku selalu membantunya mengerjakan pekerjaan rumah, dan segera bergegas untuk pergi ke sekolah. Hari ini sekolah kami kedatangan mahasiswa PKL dari Universitas Negeri Medan.  Mereka cantik-cantik dan ganteng-ganteng dan terlihat gagah dengan jaket almamater berwarna biru yang dikenakannya. Tiga bulan mereka praktek di sekolah kami. Mereka berbagi cerita dan pengalamannya kepada kami. Ada dari mereka yang mengatakan bahwa sebagian dari mereka bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, tapi berasal dari keluarga yang sederhana. Aku terpesona mendengar berbagai motivasi, semangat dan arahan yang diberikan kepada kami. Dalam hatiku berkata aku ingin seperti mereka memakai baju almamater, kuliah di kampus dan bisa menjadi orang sukses. Belajar keras dan berdoa dengan sungguh-sungguh, itu yang dipesankan mereka kepada kami.

Sesampai di rumah, aku cepat-cepat mengganti seragamku, makan siang dan segera bergegas untuk pergi ke ladang. Aku menceritakan segala hal kepada ibuku tentang mahasiswa PKL yang praktek ke sekolah kami tersebut. Aku mengatakan kepada ibuku kalau aku ingin seperti mereka. Ibuku memelukku dengan begitu hangat. Ibuku tersenyum dan mengatakan "terjadilah seperti keinginan hatimu anakku". Mintalah kepada Allah Sang Penguasa Alam Semesta, dia pasti akan mengabulkan doa dan keinginanmu nak. Begitu yakinnya ibuku akan pesannya. Sambil berurai air mata ibuku memegang erat tanganku dan akupun ikut menangis dipelukannya yang hangat. 

Selama sekolah aku bukanlah seorang yang pintar dari segi akademik. Buktinya waktu SD kelas 2 aku pernah tinggal kelas karena belum mampu membaca dan berhitung. Sehingga berlanjut di SMP pun aku masih sangat kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Namun aku bertekad harus bisa menjadi orang yang sukses. Oleh sebab itu aku meminta izin kepada ibuku untuk melanjutkan sekolah ke SMA yang ada di luar kota tepatnya di kota Pematang Siantar. Berkat doa dan dukungan ibu dan saudaraku, maka aku menjalani masa SMA di salah satu SMA Negeri yang ada di pematang Siantar dan tinggal di kost-kosan. Karena tujuan aku bersekolah adalah untuk membahagiakan ibuku. Banyak pelajaran di SMA yang begitu sulit bagiku, tapi aku tidak putus asa. Setiap hari sepulang sekolah aku selalu menyempatkan diri untuk  belajar sampai malam hari. Hampir tidak pernah aku berjalan-jalan keliling kota atau nongkrong dengan teman-teman sepulang sekolah. Bukan karena tidak mau tapi aku mencoba menahan diri, menahan selera, karena memang uang jajan ku sangat sedikit sekali dikirim ibu. Tapi aku tetap semangat untuk terus berjuang dan meyakini semua pasti akan indah pada waktunya. Aku mengimani bahwa kesuksesan itu ada di depan mata. Dan aku harus tekun belajar dan berjuang mendapatkannya. Dari uang jajan yang sedikit itu aku mengambil kesempatan untuk mengikuti les tambahan di bimbingan belajar untuk mengejar ketinggalan ku dalam pelajaran. 

Di tempat aku sekolah, banyak teman yang berbaik hati kepadaku, mereka senang berteman denganku, mungkin karena gayaku yang simpel, sederhana, penurut, ramah dan rendah hati, karena itu adalah didikan ibuku. Sepertinya mereka memahami kondisiku. Sering kali saat mereka jajan, mereka membagi jajan kepadaku. Sering aku menolak tapi mereka melarang dan menyatakan bahwa mereka mengganggap aku sahabat mereka sehingga aku nggak boleh menolak jajan pemberian mereka. Kadang hati ini sedih karena sangat jarang sekali aku jajan dan harus berhemat supaya aku bisa ikut les di bimbingan belajar. Akhirnya usahaku tidak sia-sia. Selama tiga tahun berturut-turut aku mendapat rangking tiga besar di kelas. Tidak sedikit teman-temanku yang mengajakku untuk belajar kelompok, mengajakku ke rumah mereka untuk belajar bersama. Senang sekali, bukan hanya dapat banyak teman, aku bisa berbagi ilmu kepada teman, dan yang juga tidak kalah pentingnya, aku bisa makan makanan yang enak-enak di rumah mereka karena orang tua mereka sangat welcome kepadaku. Maklum anak kost, bisa makan gratis itu sangat menyenangkan. Nikmat Tuhan yang luar biasa yang aku dapatkan. 

Usahaku tidak sia-sia. Jerih payahku dalam belajar, doa-doaku setiap hari, deraian air mata dan keringat ibuku untuk menyekolahkan aku, semuanya menjadi satu dalam untaian kebahagiaan ketika aku lulus melalui jalur SMPTN di Universitas Sumatera Utara, sebuah kampus bergengsi di kota Medan. Entah berapa banyak air mata ini yang  mengalir di pipi sampai tak terbendung. Sangat bahagia. 

Perjuanganku belum selesai.  Perjuangan ibuku pun belum berakhir. Ibu masih tetap ku buat susah untuk menyiapkan biaya kost yang tidak sedikit, biaya kuliah, biaya hidupku selama di kota Medan yang pasti tidak sedikit juga. Sering kali ibu terlambat mengirim biaya bulananku yang tersendat masalah keuangan. Bahkan ibu sering juga meminjam uang dari tetangga untuk membayar uang kuliahku. Menghemat dan terus menghemat itulah yang setiap hari kulakukan. Dalam masa sulit itu, aku tidak pernah jajan, tidak pernah jalan-jalan seperti ke mall atau pun ke bioskop seperti yang dilakukan teman-teman kuliahku. Kegiatanku setiap hari adalah ke kampus, ke perpustakaan, pulangnya jalan kaki ke kos. Kalau soal makan sehari-hari, aku catering makanan setiap hari dengan bayar bulanan. Jadi sedikit banyak aku sudah bisa memperkirakan berapa biaya hidupku setiap bulannya di ibukota ini. Cita-citaku tetap sama seperti dulu, ingin punya banyak uang untuk membahagiakan ibuku supaya ibu tidak lagi bersusah-susah ke ladang. Supaya ibu bisa menikmati masa tua dengan bahagia. 

Empat tahun adalah hal yang terberat yang aku rasakan di ibukota. Namanya saja kota, penuh dengan gedung pencakar langit, restoran yang menyebar di banyak tempat,tapi aku belum bisa menikmati bagaimana nikmatnya tinggal di ibukota. Namun aku tetap bertahan demi satu tujuan untuk membuat ibuku bahagia. 

Aku yakin doa dan air mata seorang ibu sangat besar maknanya. Sulit aku membayangkan bagaimana perjalanan hidupku bisa sampai di titik ini. Suka duka telah menyelimuti batin ini. Keringat, air mata, perasaan, semuanya sudah ibu korbankan untukku hingga aku bisa lulus kuliah dengan gelar sarjana ekonomi yang akhirnya bisa kudapatkan. Dan semua dimudahkan-Nya, setelah aku wisuda dan aku diterima bekerja sebagai ASN di kantor pemerintahan di departemen keuangan RI. Kerja keras ku dan kerja keras ibuku telah membahagiakan kami. Dan doa ibuku adalah suksesku.

Sekian


 


Koneksi Antar Materi – Pendidikan yang Memerdekakan

  by POSMAULI DEVITA SIHOMBING    Setiap individu lahir dengan kodrat dan keunikannya masing-masing Selaras dengan pemikiran KHD bahwa...